Minggu, 17 April 2011

TAFSIR PARADIGMA GERAKAN KAMMI

(Untuk Kita Renungkan Bersama)
Oleh
Dany Agustian

Sebuah Pembuka
Sampai hari ini bahkan sampai kapan pun, Kita tidak boleh lelah untuk mengulang-ulang cara kita membaca perjalanan kereta da’wah ini, karena itu sangat mempengaruhi persepsi kita tentang keseluruhan perjalanan perjuangan kita. Bukan hanya mengingat seberapa besar capaian da’wah yang kita hasilkan tetapi juga bagaimana kita mempertahankan bahkan memperbesar dimensi capaian da’wah tersebut. Bukan hanya mengingat bagaimana kemudahan itu didapatkan tetapi juga bagaimana gangguan dan rintangan yang datang menghambat kereta perjuangan ini. Dengan cara membaca yang benar dan menelaah yang utuh, tahapan demi tahapan perjalanan kita, maka kita akan selalu mendapat penjelasan baru yang terus menyegarkan, tentang bagaimana realitas perjuangan ini dicapai, dan apa yang harus kita lakukan untuk menciptakan realitas yang berkelanjutan.

12 tahun adalah waktu yang cukup bagi KAMMI untuk membuktikan bahwa organisasi ini adalah organisasi yang memiliki visi yang besar, sebuah mimpi yang akhirnya menggambarkan kemana akhirnya organisasi ini akan diarahkan untuk menghasilkan sebuah karya yang konsisten dan dinamis. 12 tahun juga merupakan waktu yang cukup bagi KAMMI untuk menjabarkan misi-misinya, sebuah hal yang akhirnya menjabarkan suatu tahapan dalam rangka perwujudan atau pencapaian sebuah visi, sebuah hal yang akhirnya akan membedakan antara visi dengan mimpi atau angan-angan kosong yang tanpa aksi.

Namun ada sebuah hal yang menjadi pembeda antara organisasi yang satu dengan yang lainnya, di saat setiap organisasi “berlomba-lomba” berbagus-bagus ria untuk membuat sebuah visi dan misi, sebuah hal yang yang menjadi ciri khas organisasi tersebut dalam menyelesaikan sebuah hal. Ialah paradigma atau cara pandang seseorang atau organisasi mengenai sesuatu hal. Paradigma inilah yang mengantar pemikiran seseorang terhadap sesuatu dari sisi yang berbeda. Dan dari paradigma inilah yag akan membingkai pemahaman sesorang akan sesuatu hal. Keterkaitannya dengan visi-misi dalam sebuah organisasi, memungkinkan pergerakan organisasi tersebut tetap dalam bingkai yang telah direncanakan dan ditentukan. Hal ini lah yang akan menuntun dalam pencapain visi melalui garis besar kerja sebuah misi

Sebagai organisasi yang merupakan wadah permanen pergerakan dan perjuangan kemahasiswaan Indonesia, yang mendambakan perubahan yang signifikan bagi bangsa Indonesia dan keluar dari keterpurukan krisis multidimensi yang melanda bangsa ini, penting dibagi kader-kader KAMMI untuk merenungkan kembali Paradigma Gerakan KAMMI itu sendiri, melakukan tafsir paradigma gerakan tersebut, karena dari filosofi gerakan inilah diharapkan lahirnya kader-kader KAMMI dengan kultur gerakan yang khas dan istimewa. Sehingga ciri yang melekat dari kader yang ingin dihasilkan dari filosofi gerakan ini adalah integritas dan progresivitas kader di medan amal perjuangan Islam. Untuk akhirnya, tafsir inilah yang diinternalisasi dalam diri kepada setiap Kader-kader KAMMI itu sendiri untuk kemudian merealisasikan tafsir-tafsir tadi dalam aksi-aksi nyata.

TAFSIR PARADIGMA GERAKAN KAMMI
KAMMI adalah Gerakan Da’wah Tauhid

“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?"
(QS. Az-zukhruf : 45 ).

Ayat diatas menjelaskan tentang apa yang Allah Swt perintahkan kepada rasul-rasul terdahulu, bahwa mereka harus mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah semata Yang tiada sekutu bagi-Nya, mengajak manusia untuk mempunyai tauhid yang benar mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah-lah sang Pencipta, Pemberi Rizki dan Sang Pemilik Alam semesta ini.

Namun, negeri ini sudah begitu jauh dari nilai-nilai illahiyyah, nuansa robbaniyah dan spirit nubuwah.. mereka lalai terhadap prinsip-prinsip agama yang mereka yakini. Hal ini disebabkan oleh hadirnya pemimpin-pemimpin yang merusak potensi kebaikan yang terdapat pada diri masyarakat itu sendiri, pemimpin yang tidak bisa mensyukuri kenikmatan spiritual dan material yang telah Allah sediakan di negeri ini, pemimpin yang lebih memikirkan kesejahteraan dirinya di bandingkan kesejahteraan rakyatnya. Sehingga wajar seandainya umat di negeri ini lebih disibukkan oleh aktivitas pemenuhan duniawi-nya di bandingkan aktivitas-aktivitas ukhrowi-nya.

Itulah tantangan yang Allah hadirkan kepada setiap umat yang ada di dunia. Dan karena tantangan itulah KAMMI hadir di tengah-tengah umat. Ia menjawab tantangan agar menjadi segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan seperti yang Allah sampaikan dalam firman-Nya
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung
(Ali Imron : 104)

KAMMI menjadi organisasi yang menyerukan bangsa ini kepada hakikat da’wah rasulullah Saw
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya
(Al Kahfi : 110)

KAMMI memiliki visi Mengembalikan fitrah sebuah bangsa dan manusia yaitu semangat untuk menghambakan dirinya kepada Allah, yang karena itulah KAMMI mulia di hadapan Robb-nya
 “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang berdakwah kepada Allah dan beramal shaleh, dan mereka berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
(QS. Fushshilat: 33)

Disaat bangsa ini begitu kental dengan hadirnya thoghut-thoghut baru di tengah-tengah umat maka gerakan ini adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya yaitu Allah Swt,

Allah berfirman
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
(Al-An’am : 162)

Disaat bangsa ini sudah termakan virus-virus Ghozwul Fikr bahwa islam itu hanyalah ibadah-ibadah ritual kepada Allah maka gerakan ini adalah Gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta alam (rahmatan lil ‘alamin), menjadikan islam sebagai solusi utama dari permasalahan bangsa, sehingga dari kehidupan bernegara baik dari sektor nasional hingga sektor terkecil dalam suatu bangsa, mencirikan kekhasan dan keistimewaan ajaran Islam yang dapat diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan serta mengembalikan makna islam seperti yang Asy-Syahid Hasan Al Banna katakan

“Islam adalah system yang menyeluruh yang menyentuh seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, akhlak dan kekuatan, kasih saying dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan da’wah, pasukan dan pemikiran sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih”
(Ushul ‘Isyrin: 1)

Disaat begitu banyak pejuang-pejuang yang berguguran karena kenikmatan dunia seperti kibasan harta, wanita dan tahta, maka ia adalah perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar) apapun konsekuensi yang akhirnya Allah sendiri yang memutuskan diantara dua pilihan yaitu hidup mulia dan mati syahid.

Allah berfirman
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim
(Al Baqarah:193)

Menciptakan masyarakat Islami bukanlah sebuah hal yang mustahil ketika pemimpin perubahan yang tangguh karena pemimpin itulah yang merancang dan mengendalikan perubahan. Dan menjadi tugas bagi KAMMI mencetak dan mewujudkan generasi-generasi tersebut bukan hanya sekedar menjadi agen perubahan atau agent of change tetapi menjadi pengendali perubahan (director of change) itu sendiri. Pemimpin yang bukan hanya memiliki kepribadian yang kokoh, kemampuan berorganisasi dan kemampuan menebar pengaruh yang kuat di tingkat publik tetapi memiliki paradigma da’wah yang sama seperti paradigma yang akan ia terapkan terhadap masyarakat yang ia ciptakan
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?”
(Ash Shoff : 2)

KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik
Kata intelektual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti cerdas, berakal, dan berpikir jernih berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Kata intelektual juga berkonotasi untuk menyebut kaum terpelajar yang memiliki kecerdasan yang tinggi atau lebih sering kita sebut cendikiawan.

Konsep Intelektual, kemudian Allah Swt. jelaskan melalui konsep Ulil Albab. Istilah ini Allah Swt. abadikan dalam firmannya
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(Ali Imron: 190-191)

Dalam konsep yang Allah Swt gambarkan di atas, kata-kata “orang-orang yang berakal” diidentikan dengan kata intelek. Namun konsep intelektual menurut muslim tidak selesai sampai disitu. Allah Swt kemudian menyambungkan kata berakal tadi dengan kata-kata “orang-orang yang mengingat Allah”. Artinya jelas dalam konsep ini ada kesinambungan antara kemampuan berfikir membangun teori ilmiah dari realitas alam yang empiris dan juga sekaligus mempertajam analisanya dengan mengasah hati dan rasa melalui berdzikir.

Dalam arti yang lain jelas bahwa kerja intelektual bukan hanya berpikir karena harus ada sesuatu yang akhirnya mengontrol dinamisasi logika manusia, dan sesuatu itu adalah ruh keimanan (agama). Albert Einstein pun menyadari hal itu hingga akhirnya kita kenal dengan ungkapannya yang cukup terkenal “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh”

Pada dimensi ini KAMMI hadir untuk menjawab tantangan Allah tentang hadirnya intelektual muslim. KAMMI hadir sebagai gerakan yang meletakkan keimananan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal. gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu”. Dalam pandangan ini ketika seseorang intelektual meletakkan keimanan (Tauhid) sebagai landasannya maka ia menjadikan penelusuran sumber-sumber ilmu pengetahuan akan berbasiskan kepada sumber-sumber wahyu yang diyakini kebenarannya.

Yang patut disadari oleh para intelektual muslim adalah Seorang intelektual memiliki tanggung jawab sosial untuk merasakan permasalahan masyarakat, melihat langsung bagaimana masyarakat menderita dan kemudian berupaya merumuskan bagaimana solusi konkret atas permasalahan sosial tersebut. Menarik untuk mencermati pandangan Ali Syariati mengenai konsepsi intelektual, Syariati menyebutnya dengan istilah raushanfikr, yaitu orang-orang yang resah akan penderitaan umat serta melakukan kerja-kerja dan kontribusi riil untuk perbaikan ummat.

Artinya ada misi yang sebenarnya harus diselesaikan oleh para intelektual muslim sebagai mana rosulullah, walaupun beliau telah mi’raj, beliau masih mau turun untuk memikirkan umatnya, memikirkan kebobrokan umatnya, melakukan revolusi dalam realitas kemanusian, menjadikan izzah sebuah bangsa (umat) dengan menjadikan Islam sebagai pisau bedah permasalahan-permasalahan sebuah bangsa.

Sebuah kesadaran  dan Misi profetik (kenabian) inilah yang harus dilanjutkan hingga hari ini, dan pada dimensi inilah KAMMI hadir untuk mencoba melanjutkan peranan-peranan sosial para nabi, dank arena itulah kata intelektual harus bersanding dengan kata profetik.
Sebagai pewaris para nabi, intelektual profetik memiliki tanggung jawab untuk menjalankan peran-peran keummatan, terlibat langsung dalam berbagai aspek kehidupan dan meujudkannya dalam sebuah teorisasi sosial yang dapat digunakan sebagai rumusan dari penyelesaian masalah ummat.

KAMMI harus menjadi gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal. Seorang intelektual profetik harus mencoba membangun pandangan hidup Islam baik ketika dia melihat realitas, mempertanyakan, memikirkan, merumuskan masalah, menawarkan solusi dan seluruh aktivitas lainnya ditataran masyarakat.

Generasi Intelektual Profetik mencoba menjadikan islam sebagai pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab konsep keesaan Tuhan itu adalah pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupan secara menyeluruh.

Setelah kita memposisikan antara akal dan wahyu hingga akhirnya tidak ada lagi antara keduanya, kemudian kita juga telah mempertegas apa misi dari intelektual profetik itu sendiri, lalu apa peran nyata dari intelektual profetik itu sendiri. Dan pada dimensi inilah KAMMI menjawab tantangan itu bahwa KAMMI adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.

Dengan sebuah tindakan nyata, intelektual profetik telah menentukan secara tegas apakah identitasnya? Siapakah dia? Untuk apakah dia lahir dan hadir di tengah masyarakat? Dimanakah posisi dan keberpihakannya? Dan pertanyaan filosofis, akan kemanakah dia kan berpulang? Rangkaian pertanyaan ini yang menjadi sebuah rangkaian-rangkaian kesadaran yang menaungi seorang intelektual profetik.

Dengan sebuah kesadaran penuh intelektual profetik akan menyadari dia adalah seseorang yang menjadi pewaris para nabi, bukan pada titik menerima wahyu tetapi dalam posisi menjalankan peran-peran sosial para nabi, melakukan pembelaan terhadap ummat, rakyat dan masyarakat. Intelektual profetik harus memiliki fungsi organik yaitu hadir di tengah masyarakat untuk menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat, dia adalah hakikat dari masyarakat itu sendiri, dia merasakan apa yang masyarakat rasakan, dia merasakan bagaimana rasanya dipinggirkan, ditindas, diacuhkan, dipermainkan tetapi dia berpikir seharusnya ada perlawanan ketika yang lain tidak berani akan itu, seharusnya ada perubahan ketika yang lain pasrah.

Posisi keberpihakannya jelas, dia akan berpihak pada ummat dan nasibnya, rakyat dan penderitaannya dan masyarakat beserta harapannya. Dan terakhir, seorang intelektual profetik akan menyadari seluruh tindakannya akan dimintai pertaggungjawaban oleh Allah SWT kelak, dimana setiap kata akan dihitung di setiap hurufnya, setiap perbuatan akan dihitung di setiap geraknya dan setiap keputusan akan ditanyai tentang alasan dan niatannya. Sebuah karakter pewaris para nabi yang dibutuhkan untuk bergulat dengan zaman ini.

KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen
KAMMI lahir dari rahim mahasiswa dan rakyat. KAMMI dan rakyat adalah ibarat antara ruh dan tubuh. KAMMI tumbuh dan berkembang di tengah tengah rakyat, yang tidak terpisahkan dari rakyat indonesia. Peranan fungsi sosial KAMMI di tengah masyarakat pun hendaknya menjadi salah satu poin yang patut kita kaji kembali bersama sama.

Sebagai gerakan social yang peduli terhadap realitas masyarakat Indonesia, menjadikan gerakan ini merupakan gerakan kritik peradaban materialistik, gerakan kultural yang mengakar, serta
gerakan pembebasan masyarakat dari hegemoni tertentu. Artinya, gerakan ini
memiliki dimensi interaksi dengan masyarakat dan menawarkan jalan-jalan untuk
melakukan rekayasa sosial.

Sebagai agen-agen yang membawa perubahan dan agen yang menyerang sistem peradaban materialistic dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid, menurut Amin Sudarsono setidaknya agenda perubahan sosial yang harus dilakukan oleh KAMMI, Pertama, penyebaran wacana dan opini dimana akhirnya solusi-solusi aplikatif islam menjadi bahan pembicaraan dari masyarakat itu sendiri. Kedua, penanaman motivasi pada masyarakat dimana akhirnya masyarakat semakin percaya diri, termotivasi dan bersemangat untuk menerapkan solusi-solusi yang islam tawarkan. Ketiga, mobilitas vetikal dan network antar bidang agar peradaban islam islam mengemuka diantara peradaban lainnya hingga akhirnya islam bukan hanya mencerahkan pengikutnya tetapi juga mencerahkan pengikut peradaban lainnya.

Salah satu hal yang harus KAMMI pikirkan adalah Agar da’wah KAMMI dapat tumbuh secara berkelanjutan dan seimbang dan tetap pada orientasi yang benar, mampu mengelola amanah dan masalah, serta terus memiliki kekuatan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya maka ada 4 unsur yang harus di susun oleh gerakan KAMMI yang meliputi pembentukan basis sosial (qa'idah ijtma'iyyah) yaitu lapisan masyarakat yang simpati dan mendukung perjuanngan KAMMI,
basis gerakan/operasional (qa'idah harakiyyah) yaitu lapisan kader KAMMI yang bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk mengeksekusi tugas-tugas da’wah yang telah digariskan KAMMI, basis pemikiran/konsep (qa'idah fikriyyah) yang menjadi teladan di tengah masyarakat, memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi sesuai dengan bidangnya, mengislamisasi ilmu pengetahuan pada bidangnya dan mempelopori penerapan solusi islam terhadap berbagai segi kehidupan dan basis politik/kebijakan (qa'idah siyasiyah) yaitu pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak da’wah KAMMI berdasarkan situasi yang berkembang.

Sebagai gerakan cultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan dan mengemban misi profetik (kenabian) dimana akhirnya seorang kader KAMMI harus merasakan apa yang masyarakat rasakan maka sudah seharusnya KAMMI meletakkan keberpihakannya pada masyarakat yang “teraniyaya” oleh hadirnya hegemoni peradaban non-islam yang menciptakan kelas-kelas social dalam masyarakat untuk menciptakan keadilan social dalam masyarakat.

Lantas, pemihakan-pemihakan seperti apa yang dapat ditawarkan oleh KAMMI? Jelas,
agenda paling mendesak adalah membuat interpretasi baru mengenai kelas-kelas
sosial yang ada pada saat ini. Siapa yang termarjinalkan oleh proses
pembangunan? Bagaimana proses marjinalisasi tersebut berjalan? Mengapa mereka menjadi marjinal? Atas dasar apa proses marjinalisasi tersebut berjalan? Dan bagaimana strategi KAMMI dalam membela kaum marjinal tersebut?

Sepertinya, spirit gerakan sosial independen akan lebih terasa jika KAMMI mulai membuka kontak dengan kelompok-kelompok marjinal tersebut. Artinya, peran advokasi KAMMI akan lebih terasa jika KAMMI membuka hubungan dengan para petani di pedesaan, para buruh pabrik di pinggiran kota, atau mereka yang dirasa terpinggirkan.

Dalam konteks ini KAMMI perlu masuk ke bidang advokasi anggaran, perlu masuk ke ranah publik untuk mendorong masyarakat untuk mengakses dana pemerintah yang memang diperuntukkan bagi masyarakat. KAMMI perlu mengupayakan warga untuk menikmati sekolah gratis, pengobatan gratis, atau kucuran bantuan lain yang signifikan bagi kepentingan warga hingga hadirnnya Daerah Binaan/Commonity Development yang berada dibawah bendera da’wah KAMMI.

Upaya tersebut akan mencerminkan jelas keberpihakan sosial KAMMI. Kelas mana yang diwakili wajahnya oleh aktivitas-aktivitas KAMMI. Sehingga, hal ini selaras dengan tafsir paradigma KAMMI sebagai gerakan kultural yang membebaskan masyarakat dari hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi mereka.

4. KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer
Selama lebih dari 65 tahun mahasiswa Indonesia menempati posisi yang begitu vital, baik dalam perubahan politik, kontribusi pembangunan, serta bagian dari gerakan massa yang tidak mewacanakan perubahan. Mahasiswa Indonesia telah menakdirkan dirinya sebagai "pilar kelima demokrasi" dan memosisikan diri dalam peran kontrolnya terhadap rezim politik.

Peran mahasiswa di Indonesia menjadi sedikit lebih "maju" dibandingkan dengan mahasiswa di negara lain. Hal ini bisa terjadi karena hadirnya hegemoni kekuasaan yang diakibatkan tidak bisanya mahasiswa dan masyarakat sipil menjadi hegemoni tandingan ataupun karena memang mahasiswa dan masyarakat sipil tertandingi oleh hadirnya hegemoni lain yang menjadi hegemoni tandingan hegemoni kekuasaan.

Sebagai gerkan politik ekstraparlementer, KAMMI haruslah menjadi gerakan oposisi pro-demokrasi serta gerakan social control melalui pemberdayaan masyarakat  yang erat kaitannya dengan fungsi moral force dan social control. Problemnya adalah, apakah posisi KAMMI sebagai gerakan oposisi pro-demokrasi ini masih harus mengacu pada euphoria dan kenangan lama 1998?

Tentu saja, jika argumennya adalah bahwa zaman telah bergerak dan kita masuk melampaui era modernitas, kenangan lama dan romantisme tersebut harus dipertimbangkan ulang. Kita perlu membaca kembali politik Indonesia: siapa yang menjadi kekuatan utama dari politik Indonesia saat ini? Sebelum reformasi, gerakan mahasiswa hamper semuanya sepakat bahwa musuh bersama adalah Soeharto. Pada era Soeharto, kekuatan birokrasi, dengan perannya yang begitu sentral, mendominasi sendi-sendi kehidupan masyarakat dengan ideologi pembangunan.
Sehingga, kelompok bisnis, pemuka agama, media, dan elemen lain berebut posisi untuk menjadi klien dalam menjalankan kepentingannya masing-masing.

Atas dasar demikian, tak ada yang meragukan untuk menghancurkan oligarki koruptif tersebut. Lantas, setelah reformasi, siapa yang menjadi "musuh" itu? Hal-hal semacam ini perlu diperhatikan oleh KAMMI sebagai sebuah gerakan ekstraparlementer. Untuk menegakkan demokrasi egaliter serta meneguhkan control sosial, KAMMI patut membaca "siapa" golongan yang masuk dalam oligarki kekuasaan pada saat ini.

Sebagai gerakan ekstraparlementer, KAMMI harus memastikan diri untuk berada di luar kekuasaan dan memperjuangkan mereka yang termarjinalkan melalui basis-basis sosial. Oleh karena itu, KAMMI pun perlu menegaskan jati diri politiknya: sebagai gerakan ekstraparlemen yang tak berpolitik praktis. Konsekuensinya, KAMMI juga mesti menegaskan independensinya dengan kekuatan politik manapun yang bermain di lingkar dan jalur kekuasaan, Ini penting untuk menjaga perannya sebagai gerakan oposisi prodemokrasi yang melakukan kontrol sosial dari luar.

KAMMI perlu menegaskan independensinya karena independensi menegaskan keberpihakan. Ketika KAMMI tidak menarik garis demarkasi yang jelas, maka keberpihakan sosial KAMMI akan sangat diragukan. Karena, partai politik kini telah menjadi bagian dari elit-elit pengambil keputusan yang menjadi duri bagi rakyat yang terpinggirkan. Ketika keberpihakan telah diambil, misalnya kepada kelompok buruh perkotaan, KAMMI mesti meneguhkan posisinya sebagai bagian dari kelas yang marjinal tersebut.

Akan tetapi, paradigma gerakan politik ekstraparlementer bukan berarti membuat kader KAMMI apolitis. Pembacaaan sosial dan politik tetap harus dilakukan secara intens dan komprehensif. KAMMI hanya perlu menegaskan independensi yang tepat kepada basis kekuasaan, dan memperjelas keberpihakan sosialnya.

Sebuah Penutup
Setiap kali realitas internal kita berubah maka realitas eksternal kita juga akan berubah. Suatu ketika mungkin kita tidak akan percaya bahwa narasi yang akan kita usung dalam Momen perjuangan kita adalah sebuah hal yang mungkin dicapai. Kita memang tidak mengatakan itu tetapi sikap-sikap kita menyimpulkan ketidakyakinan kita akan targetan-targetan yang ingin kita capai.

Inilah saatnya bagi kita untuk kembali membangun motivasi yang kuat untuk mengongkretkan narasi-narasi kita. Motivasi bukan sekedar kata-kata. Motivasi adalah soal keyakinan yang kuat, keyakinan yang akan melahirkan pikiran yang besar, dimana Sarana dan sumber daya selalu tunduk pada ide dan pikiran-pikiran tersebut . Begitu pula sebaliknya, ide yang besar dan pemikiran yang kuat, akan menciptaan sarana-sarananya sendiri, dengan cara-caranya yang unik. Karena itu, dalam pepatah Arab dikatakan, Barangsiapa bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil.

Alloh berfirman “Innallaah laa yughoyyiru maa biqoumin, hatta yughoyyiru maa bi anfusihim” – “Alloh tidak akan mengubah suatu kaum sebulum kaum itu yang merupahnya sendiri”. Dalam konteks perjuangan kita hari ini, kitalah yang akan menentukan nasib kita dimasa yang akan datang, kitalah yang memiliki kontribusi akan berhasil atau tidaknya kita dimasa yang akan datang.

Bahwa di dalam diri kita juga terus menguat spirit untuk terus bekerja dan bekerja. Dan bahkan dalam keberlanjutan kerja itulah terjadi proses menjadi baik, mendapat ampunan, dan diperbaiki oleh Allah. Bila kita terus bekerja, mungkin akan selalu ada yang salah. Tapi dengan terus bekerja itulah, Allah berjanji akan memperbaiki kesalahan kita. “Dan orang-orang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal-amal yang shalih, serta beriman pula kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka.” (QS. Muhammad: 2).

Bangunan da’wah ini sudah sedemikian indah, PR dari kereta da’wah ini bukan pada tataran narasi lagi tapi dalam tataran aplikasi. Karena Da’wah bukan hanya retorika kata tapi juga retorika kerja. saatnya “KAMMI BERKERJA UNTUK DA’WAH”

Referensi
1.      Menciptakan momentum Karya Rijalul Imam
2.      Ijtihad membangun Basis Gerakan Karya Amin Sudarsono
3.      Draft Mukernas KAMMI 2009

2 komentar: