Selasa, 19 April 2011

BEGINILAH JALAN DA’WAH KAMMI MENGAJARKAN KAMI

(Untuk Kita Renungkan Bersama)
Oleh
Dany Agustian*

SEBUAH PEMBUKA
          Cukup berat untuk akhirya menuliskan nasehat ini kepada kader-kader KAMMI yang sangat jelas memiliki levelisasi yang lebih tinggi dan waktu kontribusi amal yang lebih banyak. Dengan Segala kejujuran dan ketaudirian penulis bukanlah siapa-siapa-siapa dalam da’wah KAMMI. Penulis hanyalah seorang manusia yang tertarik untuk mau belajar lebih banyak di Wajihah yang terkenal dengan Narasi “Muslim Negarawan” nya. Penulis hanyalah AB1 yang baru beberapa bulan merasakan “Di Bawah Naungan Da’wah KAMMI”. Namun keberatan itu seakan sirna tak kala sebuah Hal yang lebih berat dibandingkan variabel sebelumnya, hal itu adalah sebuah ayat yang Allah Cantumkan dalam kitab sucinya yang mulia

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Al ‘Ashr : 3)

Dengan segala kecintaan Allah, Rosul, KAMMI dan kader-kader KAMMI, saya persembahkan semua ini…
DARI SINI KITA MULAI
Sampai hari ini bahkan sampai kapan pun, Kita tidak boleh lelah untuk mengulang-ulang cara kita membaca perjalanan kereta da’wah ini, karena itu sangat mempengaruhi persepsi kita tentang keseluruhan perjalanan perjuangan kita. Bukan hanya mengingat seberapa besar capaian da’wah yang kita hasilkan tetapi juga bagaimana kita mempertahankan bahkan memperbesar dimensi capaian da’wah tersebut. Bukan hanya mengingat bagaimana kemudahan itu didapatkan tetapi juga bagaimana gangguan dan rintangan yang datang menghambat kereta perjuangan ini.

Dengan cara membaca yang benar dan menelaah yang utuh, tahapan demi tahapan perjalanan kita, maka kita akan selalu mendapat penjelasan baru yang terus menyegarkan, tentang bagaimana realitas perjuangan ini dicapai, dan apa yang harus kita lakukan untuk menciptakan realitas yang berkelanjutan.

Menjadi sebuah kepastian bahwa diantara kita ada yang telah menjadi kader KAMMI selama bertahun-tahun, ada juga yang baru merasakan “Indahnya Perjalanan Da’wah” dibawah payung Wajihah Muslim Negarawan. Dan menjadi sebuah kepastian pula bahwa diantara kita terclaster-claster pada sekat-sekat levelisasi kader, Baik itu AB 1, AB 2, maupun AB 3.

Waktu merupakan variabel yang tepat untuk memberikan label kepada seseorang apakah ia orang baru atau lama. Level-isasi juga merupakan sebuah hal yang tidak bisa dihindari dalam karena ini adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap muwashofat yang sudah dilalui.

Variabel Waktu dan level-isasi adalah ukuran yang memberi kita label orang baru atau lama, baik dalam kaca mata waktu maupun ketercapaian muwashofat suatu kader. Hal tersebut tidak dapat dihindari tetapi itu juga tidak memberi arti apa-apa bila lama dan baru, senior dan junior harus dipakai hanya sebagai simbol kehormatan suatu kader.

Waktu dan level-isasi hanya akan berarti bila diartikan sebagai Variabel yang menyatakan sebuah perbandingan lurus antara Waktu dan level-isasi dengan kontribusi yang ada. Bahwa semakin lama kader KAMMI hari ini memakai title Muslim Negarawan maka semakin banyak dan semakin besar pula kontribusi yang diberikan kepada wajihahnya. Begitu pula dengan tingkat level-isasi bahwa sesungguhnya semakin tinggi tingkat levelisasi seseorang maka semakin tinggi pula kontribusi yang ia berikan untuk kemenangan da’wah organisasinya.

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman
(Ash-Shaff : 10-13)

Sebuah hal yang harus kita pahami bersama dalam kaca mata Realitas da’wah, “Apakah Hubungan Kausalitas Antara Variable “Waktu Dan Level-isasi” Dengan “Kontribusi” Seindah Pandangan Mata Da’wah???”. Bahwa Seiring bertambahnya waktu, seiring pula tingkat pertambahan kader. Bahwa dengan semakin bertambahnya jumlah kader yang mengalami levelisasi kader pada level yang lebih tinggi. Namun sebuah hal yang harus kita renungkan bersama adalah “apakah hal ini tidak seiring sejalan dengan berapa jumlah kontribusi yang kader kammi berikan untuk wajihahnya sendiri sesuai dengan kapasitas waktu dan kapasitas levelisasi yang allah takdirkan kepada masing-masing kader kammi hari ini ???” Wallahu 'alam.

Cukuplah Allah Swt mengingatkan kita dalam Firman-Nya

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak , dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
(At Taubah : 25)

Banyak hal-hal yang kita alami bersama kereta da’wah ini. Banyak momen-momen indah yang telah kita syukuri, banyak pula yang masih kita keluhkan, rintangan yang menghambat laju kereta da’wah ini, keringkihan fisik dan jiwa, kegersangan ruhani dan kelesuan gairah untuk ber-ukhuwah bersama saudara seperjuangan. Disaat yang sama banyak pemandangan-pemandangan indah yang terlewat dan belum sempat kita potret serta nikmati bersama.

Sudah saatnya bagi kita untuk berhenti sejenak seraya membuka kembali peta perjalanan yang telah kita gambar bersama ketika diawal perjalanan pemberangkatan kereta ini. mensyukuri apa yang telah Alloh berikan dan merenungi setiap kekurangan yang harus kita tambal serta menyiapkan strategi-strategi berikutnya agar kebermanfaatan kita dalam kereta ini bukan hanya untuk diri kita pribadi tetapi juga untuk umat disikitar kita sebelum kereta perjuangan ini bergerak kembali untuk menuju tempat pemberhentian berikutnya. Semoga Alloh memudahkan dan meridhoi kita dalam menyelesaikan agenda-agenda perjuangan kita.

Berangkat dari kesadaran ma’nawi itulah yang akhirnya membuat seharusnya merenungkan kembali “Untuk Apa Kita Menjadi Kader KAMMI”. Kesadaran adalah sebuah hal yang penting dalam diri seorang aktivis da’wah karena dengan kesadaran dalam diri kitalah yang memberi kita rasa terarah. Kesadaran itulah yang akan menjadi pendorong, landasan, sekaligus penguat mengapa kita mau berlelah-lelah bekerja, berkontribusi, dan menjalankan amanah-amanah dakwah. Yang membuat kita rela untuk infaq, syuro, dauroh, demonstrasi yang menyebabkan waktu istirahat berkurang, waktu berkumpul dengan keluarga sedikit, banyak kesenangan pribadi yang di singkirkan bahkan memprioritaskan tujuan dan capaian dakwah di atas cita-cita pribadi. Itulah yang disebut kesadaran akan menjadi kader.

Merenungkan kembali makna menjadi Kader KAMMI, berarti pula kita akan melakuakan penelusuran ulang mengapa kala itu itu mau untuk menjadi Bagian dari Da’wah KAMMI. Merenungkan kembali makna menjadi kader, pada akhirnya berarti pula mengembalikan potongan-potongan puzzle romantisme masa lalu yang juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari takdir hidup kita hari ini, tentang kesadaran-kesadaran yang dahulu pernah kita rajut dalam buah keyakinan iman dan harokah.

KESADARAN ARGUMENTASI
Kesadaran Argumentasi adalah atas dasar apa sesungguhnya kita menjadi kader KAMMI. Pertanyaan ini harus mampu kita jawab dengan sejujur-jujurnya. Pertanyaan ini harus sering kita ulang-ulang, bukan untuk menunjukan keraguan tapi untuk menguatkan keyakinan. Inilah yang dinamakan niat.

“Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan…”
(HR Bukhari dan Muslim)

Bahwa sesungguhnya kesadaran ini akan kembali kepada sebuah pertanyaan yang sangat dasar tapi mendalam “Untuk Apa Kita Berda’wah”. Dalam Buku “Tidak ada Alasan Bagimu Meninggalkan Da’wah” Karya Abdul Aziz Al-Aidan beliau menyatakan bahwa

Berda’wah Merupakan Perintah Allah  Dan Rosul-Nya

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung
(Ali Imron : 104)

Hukum berda’wah adalah wajib kifayah artinya sesuai dengan kadar. Mungkin Banyak kader KAMMI yang berangkapan bahwa kader-kader KAMMI yang berkontribusi pada hari ini sudah cukup untuk bisa mewakili amal-amal mereka. Namun yang harus kita renungi bersama terkait kadar kecukupan adalah terkait efektifitas ketercapaian hasil dalam proses perjuangan yang dihasilkan. Selama hasil yang ada belumlah hasil yang maksimal dalam kaca mata kemenangan da’wah maka belum cukup bagi kader-kader KAMMI yang beranggapan seperti diatas untuk menyatakan jumlah kader yang ada (tanpa mereka) sudah cukup untuk menggapai kemenangan-kemenangan da’wah.

Da’wah Sebagai Sebaik-Baik Perkataan
Salah satu alas an yang seharusnya kita bersemangat dalam da’wah KAMMI adalah karena Janji Allah Swt. bahwa Allah akan memuliakan kedudukan bagi siapa saja yang meenyerukan manusia kepada kebaikan seperti yang Alloh firmankan

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang berdakwah kepada Allah dan beramal shaleh, dan mereka berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
(QS. Fushshilat: 33)
kalimat pertanyaan dalam ayat ini mengandung makna peniadaan. maka makna ayat tersebut berarti tidak ada satu pun yang lebih baik ucapan, langkah, dan kedudukannya disisi Allah Swt. dari pada orang yang berda’wah dijalannya.

Allah Menyediakan Pahala Yang Besar Bagi Para Da’i
“Allah memberikan hidayah kepada seorang manusia, melalui perantaramu, lebih baik nilainya bagimu dari pada unta merah”
(HR. Bukhori dan Muslim)

“Barang Siapa yang menyeru kepada petunjuk, maka baginya pahal seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi dari pahala-pahala mereka itu sedikit pun”
(HR. Muslim)

Abdul malik Al Qasim dalam bukunya “Laisa ‘Alaika Wasyah”  mengatakan “Yakinlah, sekalipun engkau tidur di saat ia sholat malam; engkau berbuka saat ia shoum; … pahalanya tetap mengalir untukmu; sebanding dengan pahala orang itu, tanpa dikurangi sedikitpun.

Da’wah KAMMI adalah Da’wah yang Mengembalikan fitrah sebuah bangsa dan manusia yaitu semangat untuk menghambakan dirinya kepada Allah, yang karena itulah KAMMI mulia di hadapan Robb-Nya. Untuk itulah sudah saatnya bagi kita bersama KAMMI untuk menebar kebaikan kepada orang lain yang merupakan harta simpanan yang sempurna dalam rangka menumpuk pahala-pahala kebaikan

Kebaikan Dan Keburukan Akan Sama-Sama “Ber-Fastabiqul Khoirot”

“Barang siapa yang tidak disibukkan dengan kebaikan maka ia akan disibukkan dengan keburukan”
(Kaidah Gerakan)

itulah sebuah kaidah yang cukup cocok untuk menggambarkan sekaligus mengganalogikan posisi da’wah KAMMI terhadap “da’wah” lainnya. jikalau hari ini kita yang menjadi anashir-anashir di KAMMI berleha-leha untuk tidak menyampaikan da’wah yang menjadi hak umat manusia maka sesungguhnya umat manusia itu akan segera menjadi targetan-targetan “da’wah” lainnya yang belum tentu ber-kiblat kepada islam.

Namun PR bagi kader KAMMI terkait kesadaran ini tidak hanya sampai di iterasi ke 4, tetapi ia harus juga memaknai hakikat da’wah KAMMI. Bahwa Sesungguhnya jalan da’wah KAMMI itu adalah jalan yang tidak sederhana. Jauh, panjang dan penuh liku apalagi jalan dakwah yang kita tempuh saat ini. Ia jalan yang panjang dan ditaburi dengan halangan dan rintangan, rayuan dan godaan. Karena itu dakwah ini sangat memerlukan orang-orang yang memiliki muwashafat ‘ailiyah, yakni orang-orang yang berjiwa ikhlas, itqan dalam bekerja, berjuang dan beramal serta orang-orang yang tahan akan berbagai tekanan. Dengan modal itu mereka sampai pada harapan dan cita-citanya.

Masih kita ingat sebuah cerita yang terdapat di buku siroh nabawiyah yang kita pernah baca Kita bisa melihat ketegaran Rasulullah SAW. Ketika beliau mendapatkan tawaran menggiurkan untuk meninggalkan dakwah Islam tentunya dengan imbalan. Imbalan kekuasaan, kekayaan atau wanita. Tetapi dengan tegar beliau menampik dan berkata dengan ungkapan penuh keyakinannya kepada Allah SWT

“Demi Allah, wahai pamanku seandainya mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah ini. Niscaya tidak akan aku tinggalkan urusan ini sampai Allah SWT. memenangkan dakwah ini atau semuanya akan binasa”

Demikian pula kita merasakan ketegaran Imam Hasan Al Banna dalam menghadapi tribulasi dakwahnya. Ia terus bersabar dan bertahan. Meski akhirnya ia pun menemui Robb-Nya dengan berondongan senjata api dan Sayyid Quthb yang menerima eksekusi mati dengan jiwa yang lapang lantaran aqidah dan menguatkan sikapnya berhadapan dengan tiang gantungan. Beliau dengan yakin menyatakan kepada saudara perempuannya, “Ya ukhtil karimah insya Allah naltaqi amama babil jannah. Duhai saudaraku semoga kita bisa berjumpa di depan pintu surga kelak”.

Cerita-cerita tadi seharusnya membuat kita semakin yakin bahwa jalan da’wah KAMMI memang penuh dengan rintangan dan hambatan. Disaat bersamaan pula kita seharusnya semakin tersadar bahwa ujian-ujian ini bukan hanya terjadi pada pejuang-pejuang da’wah hari ni tetapi telah terjadi sejak zaman perjuang-pejuang da’wah terdahalu.

Namun terkadang bukan karena cobaan eksternal yang membuat pasukan kita tercerai berai hingga akhirnya kalah oleh rintangan dan hambatan yang Alloh hadirkan untuk pasukan kita. Namun cobaan internal-lah yang akhirnya membuat pasukan kita tercerai berai.

Kita pasti teringat peristiwa “kekalahan” pasukan muslim dalam perang uhud. Pasukan muslim bukan kalah karena kehebatan pasukan Quroisy tetapi karena kelemahan pasukan muslim sendiri yang tidak saling percaya antara yang satu dengan yang lainnya.

Itulah pentingnya Kesadaran argumentasi seorang Kader KAMMI terhadap KAMMI itu sendiri. Agar ia kembali memaknai untuk apa ia berda’wah dan bagaimana ia memaknai hakikat da’wah KAMMI itu sendiri. Sehingga mereka bukan menjadi kader-kader yang streril tapi menjadi kader-kader yang “imun”. Wallahu 'Alam

KESADARAN AFILIASI
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh
(Ash Shaff : 4)

Ayat ini menegaskan bahwa kekuatan yang memusuhi misi KAMMI tidak bekerja sendiri-sendiri dan bukan dalam kelompok-kelompok yang berantakan, namun bereka bekerja dalam persekongkolan dan perhimpunan yang terorganisir secara rapi. mereka memiliki struktur yang dan system organisasi yang solid. Karena kesadaran itulah harusnya kita memerangi mereka seperti cara mereka memerangi kita, batu kerikil tidak akan pernah bisa mengalahkan gunung.

Hal lain yang harus kita sadari adalah bahwa KAMMI bukanlah jama’ah malaikat yang tidak memiliki dosa. Ia tetaplah manusia yang pasti memiliki kesalahan dalam setiap ijtihad-ijtihad politiknya. Namun inilah indahnya berjama’ah karena

“Kekeruhan Dalam Berjama’ah lebih baik dibandingkan kejernihan seorang diri”
(Sayyidina Ali Ra)

Rosululloh pun berpesan “Tangan Allah bersama jama’ah, barang siapa yang menyendiri maka ia akan menyendiri di neraka”, “Maka hendaklah kamu berjama’ah karena serigala itu suka memangsa kambing yang bersendirian”, “Barang siapa yang ingin memperoleh kenikmatan syurga maka hendaklah berpegang teguh dengan jama’ah

Butuh keihlasan dalam memaknai Jalan Da’wah KAMMI, butuh kejernihan hati untuk mengikhlaskan keputusan jama’ah yang tidak sesuai dengan hasrat pribadi karena

“Jalan da’wah KAMMI mengajarkan kami bahw kami memang membutuhkan da’wah. Kebersamaan saudara-saudara kami di jalan KAMMI semakin menegaskan bahwa kami harus hidup bersama mereka di jalan KAMMI agar berhasil di dunia dan akhirat”

KESADARAN KONTRIBUSI
Kata kontribusi ibaratkan sebuah koin logam, dimana pasangan dari sisi kontribusi itu adalah pengorbanan. Kesadaran berkontribusi memberi kita pembuktian pada tataran yang lebih nyata tentang arti menjadi aktivis KAMMI. Jikalau dua kalimat itu di konjungsikan maka kita setidaknya akan mendapatkan sebuah kalimat baru yang merupakan simplifikasi dari dua kalimat diatas. Maka kalimat itu adalah “Apa yang kita bisa kita korbankan untuk KAMMI”.

Bagi para kader KAMMI yang ikhlas, kamus yang ada dalam benak mereka adalah selalu member dan berkorban. Karena semangat itulah yang menghantarkan kemenangan demi kemenangan mujahid terdahulu. pengorbanan memberikan keberkahan pribadi, keluarga dan masyarakat. pengorbanan yang menghadirkan wajah baru peradaban bangsa.

Di setiap periodeisasi kepahlawanan, Ada tuntutan dari Allah kepada setiap Kader Da’wah untuk merealisasikan makna pengorbanan itu dalam amal-amal nyata. Begitu pula dengan Kader KAMMI yang merupakan subset dari himpunan kader-kader da’wah yang Allah takdirnkan membawa umat ini kembali kepada Islam.

Ada beberapa bentuk kontribusi yang bisa kita berikan untuk Da’wah KAMMI
Kontribusi Jiwa
Kontribusi pemikiran merupakan ruh dari perjuangan da’wah KAMMI karena nilai KAMMI hidup bersama hidupnya pemikiran-pemikiran KAMMI di masyarakat. Da’wah KAMMI butuh pemikir-pemikir besar dan tulus, untuk kembali mengembalikan KAMMI kepada ruh Aslinya yang lebih mengedepankan Iman dibandingkan nalar.

Kontribusi Harta
Harta merupakan kekuatan sarana da’wah karena menggerakkan jalannya perjuangan ini. Dalam da’wah KAMMI kita diajarkan sunduquna juyubuna bahwa kegiatan da’wah KAMMI berasal dari saku kader-kader KAMMI sendiri tanpa pernah tergantung oleh hadirnya orang-orang yang menitipkan agenda “da’wah” kepada kendaraan da’wah ini.

Kontribusi Waktu
Waktu yang diberikan kepada da’wah KAMMI mestilah waktu utama bukan waktu sisa karena da’wah adalah prioritas dalam kehidupan da’I karena Waktu kita adalah umur kita dan waktu kita adalah kehidupan kita.

Kontribusi Jiwa
Kontribusi Jiwa merupakan totalitas dan puncak dari seluruh kontribusi karena refleksi kontribusi jiwa adalah jihad di jalan Allah. Dan para Kader KAMMI wajib berada dalam garda terdepan dalam jihad di jalan Allah untuk mengembalikan umat kepada -nilai illahiyyah, nuansa robbaniyah dan spirit nubuwah.

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
(At Taubah : 111)

KESADARAN EKSPEKTASI
Barang Siapa mati sedangkan ia belum pernah berjihad dan ia tidak bercita-cita untuk berjihad, maka kematiannya pada suatu kemunafikan”
(HR. Muslim)

Merenungkan kembali makna menjadi kader, pada akhirnya seperti menarik sebuah garis lurus untuk merenungkan kembali tentang ekspektasi kita ketika kita berada di dalam naungan da’wah KAMMI. Ekspektasi menjadi penting karena segalanya bisa berubah menjadi sangat hampa. Afiliasi menjadi kering. Dan kontribusi hanya menjadi parade keterpaksaan. Menjadi aktivis KAMMI tiba-tiba berubah menjadi keterlanjuran yang di sesali. Di sini mimpi-mimpi dan kerinduan tentang kebahagiaan, balasan dan kejayaan sangat perlu untuk terus ditata kembali.harapan-harapan jauh dan harapan-harapan dekat kita.

Tanpa nya Kader KAMMI akan seperti Zombie yang bergerak namun tidak memiliki ruh, ia seperti ayam yang kehilangan induknya, ia Seperti potongan-potongan puzzle yang indah, yang kadang sedikit tidak beraturan karena benturan atau goncangan

Tiada yang salah ketika kader KAMMI memiliki ekspektasi pribadi ketika ia berada “Di Bawah Naungan KAMMI”. Namun iya menjadi salah ketika organisasi ini menjadi saran untuk memuaskan hasrat keduniawiannya. Dan ia akan bertambah salah ketika Impiannya menjadi lebih Tinggi dibandingkan keputusan KAMMI bahkan ia akhirnya kecewa ketika impian-impiannya tidak tercapai. Kepada orang orang seperti ini maka Hasan Al Banna dalam Kitabnya Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin I mengatakan

“Kasihanilah dirimu !, Kami tidak menjanjikan apa-apa, kecuali pahala dari Allah, jika anda ikhlas. Juga syurga, jika Allah mengetahui dalam diri Anda. Kami adalah orang-orang yang tidak memiliki popularitas dan miskin harta. Urusan kami hanyalah apa yang ada pada kami dan mengerahkan segala yang ditangan kami. Setelah itu kami mengharapkan keridhoan Allah Ta’ala, Dialah sebaik-baiknya pelindung dan sebaik baiknya penolong”
(Risalah Da’watuna)

Oleh karena itu kita perlu membuat ulang gambar tentang harapan di KAMMI hingga akhirnya utuh kembali. Begitu seterusnya kesadaran ekspektasi harus terus ditata dan dirapikan agar selalu tampak indah dan menggairahkan. Wallahu 'Alam


SEBUAH PENUTUP
Setiap kali realitas internal kita berubah maka realitas eksternal kita juga akan berubah. Suatu ketika mungkin kita tidak akan percaya bahwa narasi yang akan kita usung dalam Momen perjuangan kita adalah sebuah hal yang mungkin dicapai. Kita memang tidak mengatakan itu tetapi sikap-sikap kita menyimpulkan ketidakyakinan kita akan targetan-targetan yang ingin kita capai.

Inilah saatnya bagi kita untuk kembali membangun motivasi yang kuat untuk mengongkretkan narasi-narasi kita. Motivasi bukan sekedar kata-kata. Motivasi adalah soal keyakinan yang kuat, keyakinan yang akan melahirkan pikiran yang besar, dimana Sarana dan sumber daya selalu tunduk pada ide dan pikiran-pikiran tersebut . Begitu pula sebaliknya, ide yang besar dan pemikiran yang kuat, akan menciptaan sarana-sarananya sendiri, dengan cara-caranya yang unik. Karena itu, dalam pepatah Arab dikatakan, Barangsiapa bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil.

Alloh berfirman “Innallaah laa yughoyyiru maa biqoumin, hatta yughoyyiru maa bi anfusihim” – “Alloh tidak akan mengubah suatu kaum sebulum kaum itu yang merupahnya sendiri”. Dalam konteks perjuangan kita hari ini, kitalah yang akan menentukan nasib kita dimasa yang akan datang, kitalah yang memiliki kontribusi akan berhasil atau tidaknya kita dimasa yang akan datang.

Bahwa di dalam diri kita juga terus menguat spirit untuk terus bekerja dan bekerja. Dan bahkan dalam keberlanjutan kerja itulah terjadi proses menjadi baik, mendapat ampunan, dan diperbaiki oleh Allah. Bila kita terus bekerja, mungkin akan selalu ada yang salah. Tapi dengan terus bekerja itulah, Allah berjanji akan memperbaiki kesalahan kita. “Dan orang-orang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal-amal yang shalih, serta beriman pula kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka.” (QS. Muhammad: 2).

Bangunan da’wah ini sudah sedemikian indah, PR dari kereta da’wah ini bukan pada tataran narasi lagi tapi dalam tataran aplikasi. Karena Da’wah bukan hanya retorika kata tapi juga retorika kerja. saatnya “KAMMI BERKERJA UNTUK DA’WAH”.
 

* Ketua BEM Jurusan Matematika 2008-2009
Ketua BEM Fakultas MIPA 2009-2010
Kepala Dept. Sosial Politik BEM UNJ 2010-2011
Kader KAMMI Komisariat UNJ

Maraji’
  1. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin I Karya Hasan Al Banna
  2. Ats Tsawabit Wal Mutaaghayyirat Karya Juma’ah Amin
  3. Mu’alim Fit Thoriq Karya Sayyid Qutbh
  4. Robohnya Da’wah di Tangan Da’I Karya Fathi Yakan
  5. Tidak Ada Alasan Bagimu meninggalkan Da’wah Karya Abdul Aziz Al Aidan
  6. Beginilah Jalan Da’wah Mengajarkan Kami Karya M. Lili Nur Aulia
  7. Nashat untuk Qiadah dan Kader Da’wah Karya Imam Santoso LC
  8. Mencari Pahlawan Indonesia Karya Anis Matta
  9. Menikmati Demokrasi Karya Anis Matta
  10. Kepribadian Da’I Karya Irwan Prayitno
  11. Artikel Merenungi (kembali) Makna Menjadi Kader Da’wah Oleh Abudzarr (Ketua KAMMI Daerah Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar