Minggu, 21 April 2013

Dialektika Antara Cinta, Kerja Dan Harmoni


#CINTA

"Negeri Indah Subur dan Kaya
Anugerah Tuhan yang Kuasa
Terhampar ribuan pulaunya
Beragam Suku dan Budaya"

- Izzatul Islam, Indonesia Adil Sejahtera -

Sahabat sekalian, Itulah lukisan syair indah untuk menggambarkan sebuah negeri bernama Indonesia. Negeri yang dihadirkan Allah dengan penuh karunia dan keberkahan, sepenggal firdaus yang Allah sisakan di muka dunia untuk dinikmati umat manusia. 

Negeri yang membuat kita orang-orang yang mendiaminya selalu berada dalam beberapa suasana kebatinan yang tidak menentu. Ia selalu membuat kita terkagum-kagum dengan segala kesempurnaan yamg dimilikinya. Ia juga sering membuat kita cemas ketika tidak dapat memberikan yang terbaik untuknya. Bahkan ia senantiasa membuat kita rela untuk melakukan pengorbanan apapun agar membuat ia tersenyum tanpa imbalan apapun.

Kekaguman, Kecemasan, Kerelaan dan Pengorbanan yang disebutkan diatas hanyalah contoh-contoh situasi kebatinan yang berada dalam diri kita. Situasi kebatinan yang merupakan indikator sebuah persaan yang dapat kita ungkapkan dalam sebuah kalimat yaitu "Kami begitu #MENCINTAI negeri ini karena Allah"

#CINTA... Ia adalah kata yang begitu spesial. Ia seperti angin yang sedang memindahkan butiran pasir dilautan, Kita tidak bisa melihatnya namun bisa merasakan keberadaannya. Ia seperti Banjir yang sedang menggerus setiap benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya.

#CINTA... kata itu pula yang membuat energi kita selalu besar, selalu ada, dan terus ada untuk memperjuangkan sebuah hal. Ia dapat melahirkan Visi, Misi, bahkan obsesi yang selalu menggelayuti orang-orang yang dihinggapinya untuk melakukan apapun atas nama #CINTA. Begitulah #CINTA, ia ditakdirkan sebagai kata tanpa definisi, ia juga ditakdirkan sebagai kata tanpa benda, bahkan ia ditakdirkan sebagai sebuah kata makna paling santun namun menyimpan kekuasaan besar.

#CINTA inilah yang membuat kita bermimpi bahwa "Indonesia hari esok adalah Adil, Sejahtera, Makmur, Aman dan Sentosa". #CINTA inilah yang membuat masyarakat yang menggunakan kebebasan secara bertanggung jawab karena di dalam hati mereka terdapat #CINTA. #CINTA inipula yang membuat negeri ini dapat menegakkan proses hukum secara adil sebab penegakan hukum itu dilakukan dengan #CINTA.


#KERJA

"Apalah arti sebuah cita
jika tanpa wujud kerjaa nyata
mari bangkit bangun dan bekerja
curahkan apa yang kita bisa"

- Izzatul Islam, Indonesia Adil Sejahtera-

#Cinta bukanlah kata sifat, tetapi ia merupakan kata #KERJA sehingga keberadaannya harus keberadaannya dengan kerja-kerja nyata. Ukuran Integritas keberadaan cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati, terkembang dalam kata dan terurai dalam #KERJA. #3 Hal itu adalah satu paket inti untuk membuktikan keberadaan #CINTA.

Semakin jauh kita merenungi makna #CINTA, maka semakin besar pula fakta yang kita dapatkan bahwa #CINTA hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat sebab cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Maka kecintaan kita terhadap Negeri "Sepenggal Firdaus" ini juga haus ditampakkan melalui #KERJA-#KERJA nyata. #KERJA-#KERJA itulah yang kemudian menjadi saksi atas kecintaan kita.

Setiap kali realitas internal kita berubah maka menjadi sebuah kepastian bahw raealitas eksternal kita akan berubah. Realitas itu membuat kita berada pada situasi batin yang sangat mempengaruhi pemahaman dan cara-cara kita bekerja. Situasi pertama adalah Kita akan semakin memahami apa sebenarnya masalah-masalah negeri kita dan bagaimana kita semakin meyakini bahwa sebuah perubahan harus bersumber dari diri kita sendiri. Allah-pun berfirman bahwa “Allah tidak akan merubah suatu kaum, hingga kaum itu merubah diri mereka sendiri”

Situasi kedua adalah setiap kali kemauan kita diberikan penguatan oleh Allah untuk menjadi sebuah kenyataan maka semakin kuat pula kemauan kita untuk mengubahnya menjadi sebuah #KERJA nyata. Allah berfirman “Dan katakanlah,’3Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan itu”

Situasi ketiga adalah semakin menguatkan semangat kepada kita untuk terus #bekerja dan #bekerja. Kita bukanlah malaikat yang tidak pernah melakukan sebuah kesalahan, kita adalah manusia yang terkadang berbuat salah. Namun jangan karena kesalahan tadi kita menghentikan pekerjaan-pekerjaan peradaban kita karena sesungguhnya ketika terus bekerja maka Allahlah yang akan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Allah berfirmaan,” Dan orang-orang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal-amal shalih, serta beriman pula kepada apa yang diturunkan kepada muhammad dan itulah yang haq dari Tuahan mereka, Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki kesalahan mereka.” (Muhammad:2)

"menyebarkan setiap kebaikan
mengentas semua kebodohan
melawan setiap kedzoliman
menyeru pada kebenaran"

- Izzatul Islam, Indonesia Adil Sejahtera-

#HARMONI

Setiap manusia punya cinta, dan setiap manusia itupula ingin mewujudkan cintanya. Namun menjadi sebuah realita bahwa terkadang antara cinta dan kerja seorang manusia menghalangi cinta dan kerja manusia lainnya. Untuk itulah mengapa setiap cinta dan kerja perlu di manajemen. Dan kata yang cukup tepat untuk itu semua adalah #HARMONI/

Dengan #HARMONI sebuah hal yang berbeda dapat menjadi sebuah hal yang indah. Lihatlah pertunjukkan orkestra Simfoni. Setiap alat musik melahirkan suara yang berbeda. Namun dengan #harmoni decak kagum para pendengar bisa berkumandang dimana-mana.

Degan #Harmoni 1+1 tidak harus 2, tetapi bisa menjadi 3, 4, dst. Ia dapat menghasilkan sesuatu yang lebih besar dari pada yang seharusnya, dari pada yang semestinya. Begitulah Indonesia ia harus #diharmonisasi agar kemudian menjadi taman yang indah bagi dunia.

"Indonesia itu ibarat sebuah taman dan Warga Negara Indonesia adalah bunganya. Taman tersebut tidak akan terlihat indah jika ditanam satu jenis bunga saja. Tamanpun tidak akan indah kalau bunga yg berwarna-warni itu dicampur jadi satu begitu saja tanpa pengelolaan. Dan taman akan menjadi indah manakala taman itu ditanami bunga ynag berwarna warni tapi ada manajemen penempatan disana. Begitu juga dengan membangun Indonesia. Indonesia akan lebih hebat ketika semua potensi dimaksimalkan dan dikelola, tidak memaksakan kehendak untuk semua potensi itu dipaksa menjadi satu pemikiran/satu ideologi atau apapun. Kesimpulannya ada HARMONI di situ." (Anis Matta)

Selasa, 12 Februari 2013

(Resume) Amal Jama'i


“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeri pada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran:104).

Amal Jama’i adalah kegiatan yang merupakan produk suatu keputusan jama’ah yang selaras dengan manhaj (sistem) yang telah ditentukan bersama, bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Amal jama’i memiliki ciri-ciri :

  1. Aktivis yang akan dijalankan harus bersumber dari keputusan atau persetujuan jama’ah. 
  2. Setiap tindakan dan akivitasnya harus sesuai dengan dasar dan strategi atau pendekatan yang telah digariskan oleh jama’ah. 
  3. Seluruh tindakannya harus bertujuan untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan bersama. 


Syarat mutlak bagi organisasi yang bergerak dalam aktivitas islami adalah harus mempunyai sistem organisasi yng lengkap dan kepemimpinan yang gesit. Hasan al Banna, dalam merumuskan masalah ini pernah menyimpulkan bahwa gerakan da’wah ikhwanul muslimin tegak diatas dasar “pengorganisasian yang rapi, iman yang teguh, dan jihad yang lestari”.

Sebagai manifestasi ciri-ciri pengorganisasian yang paling jelas dan perlu mendapat perhatian yaitu:

  1. Bekerja keras, serius, gigih dan potensial dalam menjalankan seluruh tugas gerakan. 
  2. Manajemen yang rapi dan sistematik , serta disiplin yang tinggi ala militer. 
  3. Petunjuk pelaksanaan kerja yang jelas. 
  4. Pembagian tanggung jawab yang jelas bagi masing-masing pimpinan, 
  5. Menentukan sistem komunikasi anggota dan pimpinan yang bertanggung jawab di masing-masing peringkat kepemimpinan. 
  6. Komitmen penuh dengan apa yang telah ditetapkan oleh jamaah melalui pihak-pihak yng bertanggung jawab terhadapnya. 


Ketentuan, ciri-ciri,prinsip dasar dan sistem gerakan.

  1. Wasilah dakwah Tidak boleh bertentangan dengan hukum islam. 
  2. Marhalah dakwah Adalah kerangka dasar dan startegi jama’ah dengan melalui pengkajian yang mendalam tentang sejauhmana kekuatan dan kemampuan jamaah. 
  3. Maudhu’ dakwah (tema dakwah) Tema atau maudhu’ da’wah adalah mengenai totalitas ajaran islam. Diantara yan terpenting ialah yang menyangkut keimanan kepada Allah, Rasulullah (yang meliputi segala perbuatan, perkataan dan ketetapannya) dan beriman kepada hari akhir.
  4. Kaifiyat dakwah (metode pendekatan dakwah). Baik berupa Dakwah fardiyah dan pendekatan pribadi. Penyampaian buku-buku. Ceramah-ceramah Berkomunikasi dengan ahli ibadah maupun Akhlaq da’i 


Gerakan bersama akan mendatangkan hasil serta dapat mencpai tujuan dan cita-citanya apabila kegiatannya kontinue. Kegiatan kontinue menjadi syarat penting sebelum jamah dapat mencapai tujuannya. Agar amal jama’i bersifat kontinu maka organisasi tersebut harus memiliki kemantapan organisasi yang ditentukan oleh

  1. Gerakan bersama yang kontinue bergantung pada keutuhan dan kemantapan organisasi tanpa ada keretakan dan perpecahan. 
  2. Gerakan bersama dapat kontinue apabila mampu mempertahankan semangat anggotanya ke tahap yang paling tinggi dan kuat. 
  3. Persatuan, disiplin, serta ketahanan anggota merupakan faktor terpenting bagi kontinuitas gerakan bersama. Persoalan terakhir yaitu cara menjaga persatuan, keutuhan organisasi, melestarikannya


Adapun Fakto-Faktor yang mempengaruhi ketahanan amal jama’i adalah

  1. Adanya keyakinan pertolongan dari Allah agar ketahanan organisasi tetap terjaga walaupun susah. 
  2. Jika ada bencana, dan sudah diketahui dengan pasti sumber bencananya, maka harus selalu waspada dan mengambil lengkah-langkah pengamanan, serta dengan cepat memberantas sumber bencana sebelum menular.




Penyakit-Penyakit Da'i Kampus


Islam merupakan sebuah risalah yang sangat sempurna yang mengatur segala sendi dimensi kehidupan. Salah satu sendi dimensi yang diatur oleh islam adalah Dunia Kemahasiswaan (kampus) yang kita kenal dengan nama Thullaby. Kita telah bersepakat bahwa islam harus menjadi “soko guru” dimanapun ia berada, Islampun telah mengatur cara untuk membumikannya yaitu dengan “da’wah”.

Da’wah kampus adalah da’wah yang sudah cukup lama di bangun oleh para pendahulu-pendahulu da’wah. Da’wah kampus tidak pernah berhenti walaupun setiap masa senantiasa berganti pahlawan yang memiliki karakteristik dan keahlian yang berbeda-beda. Namun di setiap masa-masa itu pula da’wah terkadang menjadi tidak efektif. Bahkan terkadang kontra produktif dengan da’wah itu sendiri.

Mengapa demikian?...Bukan islam yang salah, bukan juga manhaj da’wah kampus yang menjadi permasalahan karena sesungguhnya manhaj ini sudah begitu indah untuk diganti, tetapi permasalahan adalah pribadi da’i itu sendiri. Mengutip sebuah judul buku yang di tulis oleh seorang pendahulu da’wah yang telah menemui Robb nya yaitu fathi yakin yaitu “ Robohnya Da’wah Ditangan Da’i ”. Dari judul buku itu seharusnya kita menyadari bahwa da’wah ternyata bisa hancur oleh orang menyerukan da’wah itu sendiri. Hal ini terjadi karena terdapat penyakit-penyakit yang ada di dalam individu sendiri.

Gejala-gejala penggerusan da’wah oleh para da’i sudah sering terjadi khusunya di da’wah kampus. Gejala-gejala itu antara lain

1. Terjadi pembangkangan terhadap keputusan-keputusan Qiyadah jama’ah oleh para Jundi-Jundi-nya 

Kita sudah bersepakat bahwa da’wah ini membutuhkan orang-orang yang dapat mengatur seluruh sistem keislaman yang ada di kampus dimana mereka bukanlah orang-orang sembarang yang mana mereka juga telah dipilih berdasarkan sebuah sistem pemilihan yang ketat dan bertahap. 

Dan kita pun bersepakat bahwa dalam proses pengaturan-pengaturan tersebut mutlak memperlukan keputusan-keputusan yang mana keputusan tersebut akan mengikat seluruh komponen da’wah yang menjadi bagian dari sistem da’wah tersebut guna menciptakan kemashlahatan bagi jama’ah dan umat.

Namun dengan dalih tidak rasionalnya sebuah keputusan, tidak sregnaya kader dengan sebuah keputusan jama’ah, merasa tidak ada pengaruhnya mereka menaati keputusan itu atau tidak ataupun merasa tidak diajak berbicara untuk mengambil sebuah keputusan, Para jundi yang “cerdas-cerdas dan kreatif-kreatif tadi” melakukan proses-proses pembangkangan baik yang berskala kecil seperti tidak taat dalam menghadiri kegiatan yang telah di Ta’limatkan, tidak taat dal hal positioning tempat berda’wah yang telah ditentukan oleh jama’ah sampai dengan yang beskala besar yaitu menjadi orang-orang yang menjadi penentang (pembuat maker) terhadap keputusan-keputusan da’wah

2. Kedekatan Diri Seorang Da’i kepada Alloh

Kita bersepakat bahwa tugas seorang da’I adalah berda’wah, berda’wah dan berda’wah.  Namun ada yang sering dilupakan oleh seorang da’i yaitu sudah sejauh mana kedekatan mereka dengan Alloh. Sering terjadi fenomena-fenaomena di kampus tak kala banyak aktivis yang tdak bertilawah setelah sholat dengan alas an ada rapat, harus mengurus organisasi, ada persiapan acara ataupun yang lainnya.

Banyak pula fenomena yang dilakukan oleh para aktivis yaitu jarangnya seorang da’I untuk melakukan sholat malam. Orang-orang yang seperti ini beralasan karena lelahnya mereka di pagi hai untuk berda’wah sehingga ketika malam mereka begitu lelah sampai mereka melupakan waktu yang teramat indah untuk bertemu dengan Rabbnya.

Bahkan banyak jundi-jundi yang rela meninggalkan aktivitas-aktivitas pekanan mereka dengan dalih banyaknya kegiatan organisasi yang berbentrokan dengan agenda pekanan mereka dan mereka juga sering berdalih bahwa keberadaan mereka lebih penting untuk mengikuti agenda tersebut dibandingkan agenda pekanan mereka.

Yang harus digaris bawahi adalah sukes atau tidaknya da’wah yang dilakukan seorang bukan karena keahlian mereka tetapi karena keberekahan yang didapatkan mereka dari Alloh karena kedekatan mereka yang begitu tinggi dengan Robbnya. Hasan Al Banna dam ‘Ushul Isyrin-nya pun mengatakan bahwa  “aktivitas hati lebih penting dari aktivitas fisik” walaupun menyempurnakannya merupakan tuntutan syari’at.

3. Penyimpangan Tujuan

Fenomena ini sering terjadi pada seorang da’i. Penyimpangan tujuan merupakan sebuah kepastian karena begitu dekatnya kita dengan kenikmatan-kenikmatan dunia seperti harta, tahta, dan wanita. Penyimpangan tujuan sering terjadi karena begitu kurangnya penjagaan yang dilakukan terhadap diri seorang da’i oleh da’i itu sendiri.

Namun sebuah kepastian bahwa Alloh senantiasa menseleksi para da’i yang akan menyerukan agama-Nya. DIA-Lah yang langsung meminggirkan para da’i yang tidak ikhlas berjuang karenanya dengan tidak memberikan apa yang mereka inginkan.

4. Merasa Puas Dan Nyaman Atas Apa Yang Telah Dilakukan

Fenomena ini sering terjadi di kampus-kampus yang sering-sering terjadi di kampus-kampus yang dikatakan “futuh”. Para aktivis-aktivis di kampus ini sering merasa cepat puas dengan apa yang mereka kerjakan. Dengan dalih “yang penting kita sudah berusaha” mereka merasa sudah maksimal dalam melaksanakan sebuah agenda da’wah padahal sesungguhnya banyak PR yang harus diperbaiki. Namun karena sikap puas tadi banyak PR-PR yang terabaikan untuk diperbaiki dan ditindak lanjuti.

Selain merasa puas. Pada kampus-kampus seperti ini banyak aktivis yang merasa nyaman dengan keadaan dimana mereka sudah mencapai ke “futuh”-an sehingga mengurangi kesiap-siagaan mereka dalam menghadapi musuh-musuh Alloh. Rasa nyaman inilah yang mengurangi kesensitifan seorang da’i dalam menghadapi qodhoya-qodhoya yang ada. Mereka merasa semua berjalan dengan baik. Namun ketika seuatu ketika Musuh-musuh Alloh mencoba mengobrak-abrik grain design da’wah, maka ketidak-siapan lah yang sering  terjadi.

5. Terjadinya Figuritas

Figuritas adalah sebuah hal yang terjadi karena dua sebab, yang pertama karena memang menjadi tujuan dari da’i tersebut untuk penyebab seperti ini maka terdapat yang salah dalam keimanan seorang da’i. Yang kedua adalah kerja-kerja yang da’I tersebut lakukan yang tanpa ia sadari telah membuat dirinya dikultuskan. 

Terkadang untuk penyebab yang kedua ini adalah karena sang da’i tidak mau menyertakan orang lain untuk beramal yang sama seperti yang dia lakukan sehingga keahlian itu mutlak hanya ia yang memiliki. Namun juga terkadang kita harus mengintrospeksi para da’I yang lain yang ketika diberi kesempatan untuk belajar beramal namun ia menolak, sehingga amal-amal itu kempali lagi kepada da’I yang memang mempunyai keahlian itu.

6. Tidak Bertanggung Jawab Terhadap Sebuah Amanah

Fenomena ini terjadi karena sang da’I tidak menjadikan da’wah sebai sebuah hal yang prioritas sehingga ketika ada sebuah hal yang lebih menguntungkan maka ia lebih mendahulukan amal tersebut. Pelepasan amanah yang terlalu sering sehingga menyebabkan seorang da’I menjadi terbiasa untuk meninggalkan amanah. Hal ini sesungguhnya menjadi hal yang sangat menakutkan bagi jama’ah ini, karena ketidak profesionalitasan da’I di mata masyarakat kampus menjadi corengan-corengan hitam di wajah jama’ah.

7. Terjadi Pertentangan Diantara Da’i

Jama’ah ini sesungguhnya jama’ah yang luar biasa karena banyak-orang-orang cerdas yang ada di dalamnya. Namun terkadang kecerdasa-kecerdasan da’i yang ada di sana menyebabkan sering terjadinya pertentangan antar da’I untuk masalah-masalah yang sepele. Namun bukan pertentangannya yang menjadi permasalahan karena itu adalah dinamika dalam berjama’ah, yang harus di perhatikan adalah efek dari pertentangan itu yaitu perpecahan, terkadang seorang da’I yang “merasa kalah” dalam berdiskusi merasa tidak memiliki keputusan tersebut, merasa tidak bersepakat, dan merasa terlecehkan, sehingga setiap sang da’I “yang memenangkan diskusi” melakukan kebaikan maka da’I yang merasa kalah tadilah yang menjadi penolak pertama usul-usul yang di ajukan oleh da’i yang pertama.

8. Malas Membaca Dan Mengikuti Kajian

Fenomena “cerdasnya” seorang da’i terkadang menghadirkan fenomena-fenomena berikutnya yaitu “kemalasan” membaca dan mengikuti kajian. Dengan alas an banyaknya amalan yang harus dikerjakan menyebabkan mereka memprioritaskan amalan tersebut dibandingkan kedua hal diatas. Padahal sesungguhnya tsaqofah seorang da’i merupakan hal yang teramat penting, karena hanya dengan tsaqofah yang mumpuni akhirnya da’wah yang di dengungkan seorang da’I menjadi mengakar di hati-hati objek da’wahnya karena kedalaman ilmunya.

9. Serampangan Dan Tidak Kontinu

Keteraturan merupakan sebuah kemestian dalam berda’wah. Namun banyak fenomena yang terjadi pada da’i yang melakukan kegiatan-kegiatan yang serampangan yang terkadang tidak dikordinasikan oleh pengelola da’wah. Bahkan terkadang kegiatan da’wah yang dia lakukan kontradiktif dengan agenda da’wah yang ada.

Selain serampangan juga banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang tidak kontinu, padahal follow up kegiatan merupakan sebuah hal yang mutlak dilakukan oleh seorang da’i. Da’wah yang “nanggung” membuat terkadang objek da’wah menjadi tidak terkondisi.

10. Paradigma Da’wah Syiar-Siyasi

Fenomena paradigm da’wah siyasi-syiar adalah yang teramat “crowded”. Karena dari dahulu sampe sekarang masih ada yang terjangkit penyakit seperti ini. Sebagian da’I ada yang berfikir klo ingin menyelamatkan diri dari da’wah tapi namanya tetap ada di wajihah da’wah maka ia harus masuk lembaga syiar karena dengan masuk syirar mereka bisa sedikit bersantai geraknya dan tidak repot-repot seperti rekan-rekan siyasi.

Namun paradigm da’i-da’i yang berada di siyasi pun harus diluruskan bahwa ketika mereka berada disana maka posisi mereka adalah penyuport utama agenda-agenda syiar walaupun ada batasan-batasan didalamnya, minimal yang wajib dilakukan oleh rekan-rekan siyasi adalah mempublikasikan agenda-agenda wajihah syiar. 

Khuttbah Rosululloh Tentang Ramadhan


Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu adalah ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan syiyam dan membaca kitab-Nya. 

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin. Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya. 

Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya. 

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-pungungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.  Ketahuilah! Allah Ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Rabb Al-’Alamin.  

Wahai manusia! Barangsiapa diantaramu memberi buka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.  (Sahabat-sahabat bertanya:” Ya  Rasulullah!Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan:) Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan ahlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan- Nya di hari Kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. 

Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-nya. Barangsiapa menyambungkan tali persudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu dibulan yang lain. 

Barang siapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur’an pada bulan-bulan yang lain. 

Wahai manusia! sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah  menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.  

Amirul Mukminin k.w. berkata,:Aku berdiri dan berkata,”Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama dibulan ini?” Jawab Nabi :Ya abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.

Wajah-Wajah Mereka


Pernahkah anda menatap wajah orang-orang terdekat dengan anda ketika ia sedang tidur? Kalau belum, cobalah sekali saja menatap wajah-wajah ketenangan mereka ketika sedang tidur. Ketika itu yang kelihatan adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. 

Perhatikanlah ayah anda ketika beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu sangat gagah itu kini semakin tua dan lemah, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang setiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inilah rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar. 

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm...kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini kasar kerana tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus keperluan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah artikan. 

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu : Ayah, Ibu, Suami, Isteri, Kakak, Abang, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya. Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. 

Rasakanlah energi cinta yang mengalir perlahan-lahan ketika menatap wajah yang terlelap itu. Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutup oleh kesalah-fahaman kecil yang entah kenapa selau saja nampak besar. Secara ajaib Allah mengatur agar pengorbanan itu dapat kelihatan lagi melalui wajah-wajah jujur mereka ketika sedang tidur. 

Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata : "betapa lelahnya aku hari ini". 

Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tidak lain adalah kita. Suami yang bekerja keras mencari nafkah, isteri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, abang, adik, anak, dan sahabat yang telah melalui hari-hari suka dan duka bersama kita. Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. 

Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika terganggu jika mengingat itu semua. Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika keesokan hari mereka; orang-orang yang dikasihi itu tidak lagi membuka matanya, selama-lamanya. ....

Tuk Para Pejuang di Jalan Da’wah


Saudaraku, Rahmat Allah ‘Azza Wa Jalla adalah hak setiap kaum beriman. Inilah yang dikatakan para salafus shalih :” Kasihan para orang yang lalai, mereka keluar dari dunia, tapi tidak sempat merasakan sesuatu yang paling indah di dunia.
” Tabi’in yang lain mengatakan :” Andai para raja itu tahu kebahagiaan yang kami miliki, pastilah mereka rebut kebahagiaan itu dengan pedang-pedangnya.”
Saudaraku,
Renungkanlah firman Allah ‘Azza Wa Jalla,” Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya. .” (Q.S: Al Kahfi:28)
Saudaraku,

Tak ada yang lebih indah dari kebersamaan dan menjalin kedekatan dengan Allah ‘Azza Wa Jalla. Ketenangan jiwalah yang akan terpancar dari semua usaha pendekatan diri kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Kedekatan dengan Allah ‘Azza Wa Jalla yang akan menjadikan seorang pejuang saat di penjara seorang diri merasakan terbukanya pintu penjara justru mengganggu konsentrasinya dari suasana ‘intim’ bersama Sang Khaliq. Ia memanfaatkan kondisi di penjara untuk menyendiri dengan Allah ‘Azza Wa Jalla, berdzikir, tafakur, shalat dan berdo’a. Jika umumnya para tahanan sangat ingin menanti waktu istirahat dimana pintu penjara dibuka, tapi sang pejuang itu justru mengatakan,” Jika pintu ini terbuka maka keintimanku dengan Allah terganggu, dan aku justru merasa tidak tenang ketika pintu ini dibuka, dari pada pintu ini tertutup.” ( Baina Rabbaniyah Wal Maddiyah, Mushthafa Masyhur, 86 )

Seperti itulah tenang dan nikmatnya bersama Allah ‘Azza Wa Jalla saudaraku. Mari letakkan hati kita disini. Bersama Allah.

Saudaraku,
Seringlah mengunjungi saudaramu dalam jalan ini. Jangan jauhkan mereka dari hati. Sering-seringlah berkunjung, bertatap muka dan memandang wajah mereka. Disanalah engkau akan menemui berkah hidup berjama’ah, yang dapat memberi bekal bagi jiwa agar kita dapat melanjutkan perjalanan ini sampatujuan akhir…ridha Allah dan Surga-Nya.

Saudaraku,
Jika ada di antara kita yang merasakan adanya jarak dan kesenjangan hubungan dengan kaum beriman, kembalikanlah keadaan itu pada kualitas kedekatan hubungan kita dengan Allah ‘Azza Wa Jalla. Jika kita merasakan sulit memperoleh simpati dan hati manusia, bandingkanlah kondisi itu dengan kondisi kita dalam menarik simpati dan cinta Allah ‘Azza Wa Jalla.

Saudaraku,
Jiwa ini perlu tantangan dan benturan. Dalam suasana ada tantangan dan benturan yang memunculkan mujahadah atau upaya keraslah akan muncul kualitas iman yang baik. Sayyid Quthb, pejuang da’wah Islam yang mati terdzolimi di tiang gantung mengerti sekali tentang hal ini. Katanya,” Hakikat iman tidak akan terbukti kesempurnaannya dalam hati seseorang sampai ia menghadapi benturan dengan upaya orang lain yang berlawanan dengan imannya. Karena disinilah, seseorang akan melakukan mujahadah kepadanya untuk menghalanginya dari keimanan. Disinilah cakrawala iman akan tersingkap dan terbuka. Keterbukaan yang tidak pernah terjadi pada orang yang merasakan iman secara datar.” ( Sayyid Quthb, Mustaqbal li Haadza Diin, 10 )

Saudaraku, 
kita memang hamba-hamba Allah yang jauh dari kesempurnaan dan penuh kelemahan. Karenanya, selain menanamkan niat dan tekad yang kuat, mari sama-sama tengadahkan tangan. Berharap dan berdo’alah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla agar kita diberi kekuatan dan keteguhan.

Saudaraku,
Mari lanjutkan iringan langkah kita. Bersama-sama menuntun dan saling memberi pelita agar langkah kita tidak menyimpang dari jalan yang benar. Bersama-sama saling memompa semangat agar tekad kita terpelihara sampai tujuan hidup terakhir.
“ Perjalanan panjang hanya bisa ditempuh dengan keseriusan dan berjalan waktu malam. Jika seorang musafir menyimpang dari jalan, dan menghabiskan waktu malamnya untuk tidur, kapan ia akan sampai ke tujuan?” ( al fawaid 113)

Tetaplah disini saudaraku,
Kita mungkin akan melalui perjalanan yang lebih mendaki dan terjal. Tapi di sanalah kita berharap bisa bersama merasakan kenikmatan yang kita idam-idamkan. Maka, ucapkanlah “Alhamdulillah ” atas seluruh keadaan yang kita alami. Meski kebersamaan ini sungguh menguras keringat dan meletihkan sendi-sendi.

Saudaraku, 
Ada benteng perjalanan panjang di hadapan. Kita akan terus melangkah dan tak akan berhenti. Kita akan tetap bersama-sama berada di atas jalan ini. Mari saling berpegangan di jalan ini. Saling membantu bila ada di antara kita yang akan jatuh ke dalam jurang. Bertahanlah, karena perjalanan kita di dunia ini tidak akan lama, dan hanya sebentar. Bertahanlah…saudarak u.

Saudaraku,
Selamat jalan. Selamat berjuang. Semoga Allah ‘Azza Wa Jalla mengumpulkan kita di surga kelak. Dalam naungan ridha dan kasih-Nya.

Ilahi…Iringi tiap langkah kami dengan cinta-Mu…

Wallahu A’lam

Teruntuk Saudara-Saudariku di jalan da’wah…Jaga kenikmatan dari Ilahi ini, jangan pernah biarkan ia pergi dari hidup kita, karena da’wah fii sabilillah.. adalah nafas kita. Uhibbukum Fillah.


Dikutip dari : 
Berjuang di Dunia Berharap Pertemuan di Surga 

(Resume) AL Qiyadah Wal Jundiyah


MUQODDIMAH

Islam tidak rela atas ketidakberdayaan ummatnya dalam menghadapi kenyataan. Islam tidak menghendaki kaum muslimin lemah dan takluk kepada musuh – musuhnya. Setiap muslim wajib bergerak dan berjuang serta berkorban untuk menegakkan Islam, membangun Daulah dan Khilafah Islamiyyah yang di dalamnya tegak hukum – hukum Allah supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata – mata bagi Allah ( Q.S Al Anfal : 39 ). Ketika itulah setiap mu’min bergembira dengan pertolongan Allah. Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahagagah dan Yang Mahamulia.

Karena itu perjuangan melalui amal jama’i yang digerakkan sebuah jama’ah Islam yang menyeru penggabungan untuk persatuan kaum muslimin seluruh dunia, harus tersusun rapih, kuat dan terkoordinasi ( Q.S 3 : 103 ). Siroh Rasululloh SAW merupakan pengalaman praktis bagi seluruh da’wah Islam. Kemudian diikuti oleh Khulafa Al Rasyidin dengan manhaj rasulullah SAW.

Seluruh organisasi atau bangsa – bangsa, asas keberhasilannya, kebangkitan dan pembangunannya ialah adanya manhaj tertentu, pimpinan dan anggota kelompok yang bergerak dengan manhajnya. Syarat ideal yang dimiliki setiap muslim : aqidahnya lurus, ibadahnya benar, berakhlaq mulia, berfikiran cerdas, bijak, berbadan sehat dan kuat serta berguna bagi manusia, mampu bergerak dan berjuang, berdisiplin dalam segala hal, menjaga waktunya, bermujahadatunnafs dan memiliki faktor – faktor asasi sebagai pejuang muslim.

Apapun kedudukan, jabatan dan peringkatnya, setiap aktifis da’wah tetap memikul amanah dan berbagai tanggung jawab, bukan suatu kemegahan dan kebanggaan. Allah akan meminta pertanggungjawaban setiap aktifis atas amanah yang dipegangnya dan semua akan dihisab.

A. AMANAH , TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN DAN ANGGOTA.

I. Hal – Hal Yang Membantu Terlaksananya Tugas Pemimpin :

  1. Ikhlas karena ALLAH semata, selalu bertindak benar dan jujur kepada-Nya.
  2. Peka terhadap pengawasan dan penjagaan ALLAH SWT.
  3. Memohon pertolongan dan perlindungan ALLAH dalam seluruh keadaan dan aktivitasnya.
  4. Memiliki rasa tanggung jawab besar.
  5. Memberikan perhatian yang cukup kepada masalah tarbiyah dan menyiapkan kader penerus.
  6. Terjalinnya rasa kasih sayang dan ukhuwah yang tulus di kalangan anggota organisasi khususnya anggota dan pimpinan.
  7. Pimpinan harus benar – benar merencanakan program yang tepat, menentukan tujuan, tahapan, cara, sarana, persiapan – persiapan sesuai dengan kemampuan.
  8. Setiap anggota organisasi harus merasakan bagaimana beratnya amanah dan tanggung jawab pimpinan.
  9. Pimpinan harus memiliki cita – cita dan tekad berjuang.


Menurut Imam Hasan al-Banna faktor – faktor lain keberhasilan adalah :
  1. Kekuatan da’wah kita yang merupakan da’wah ALLAH, da’wah yang paling tinggi dan mulia.
  2. Tujuan yang murni ( ridho ALLAH ), terbebas dari niat kotor dan mencari keuntungan pribadi.
  3. Ketergantungan kita hanya kepada pertolongan dan dukungan ALLAH. ( Q.S 3 : 173 – 174 ) “Kalian tidak akan terkalahkan karena sedikitnya jumlah kalian, lemahnya sarana dan kurangnya alat – alat pendukung, atau karena banyaknya musuh kalian, berkumpulnya musuh – musuh menentang kalian. Tetapi ada satu sebab yang dapat menghancurkan dan menyebabkan kalian kehilangan segala – galanya, yaitu jika hati kalian telah rusak, ALLAH tidak memperbaiki amal kalian, suara kalian telah terpecah belah dan saling bertentangan pendapat “.


II. Sifat Dan Akhlak Yang Harus Dimiliki Oleh Setiap Pemimpin :


  1. Senantiasa mengharapkan akhirat dengan ikhlas karena ALLAH semata.
  2. Berdaya ingat kuat, bijak, cerdas, berpengalaman dan berwawasan luas, berpandangan jauh ke depan dan tajam, mampu menganalisa berbagai persoalan dari segala segi dengan tepat dan cepat. ( Q.S 3 : 200 )
  3. Berperangai penyantun, kasih sayang, lemah lembut dan ramah.( Q.S 3 : 159 )
  4. Bersahabat.( Q.S 5 : 54 )
  5. Berani dan sportif, tidak pengecut dan membabi buta.( Q.S Al Fath : 29 )
  6. Shidiq. ( Q.S Al Ahzab : 23 – 24 )
  7. Tawadhu. ( Q.S Asyu’ara : 215 )
  8. Memaafkan, menahan amarah dan berlaku ihsan.( Q. S 3 : 134 )
  9. Menepati janji dan sumpah setia. ( Q.S Al Fath : 10 )
  10. Sabar. ( Q. S 2: 153 )
  11. Iffah ( kesucian jiwa ) dan kiram ( tidak mudah untuk tunduk kepada hawa nafsu dan yang mengotori jiwa. ) Q. S Al Hasyr : 9.
  12. Wara’ ( menjauhkan dari hal syubhat ) dan zuhud ( meninggalkan hal berbuat dosa ).
  13. Adil dan jujur. ( Q.S 5 : 8 )
  14. Tidak mengungkit – ungkit dan menyombongkan diri.
  15. Memelihara hal – hal yang dimuliakan ALLAH. ( Q.S Al Hajj : 30 )
  16. Berlapang dada dan tidak melayani pengumpat dan pengadu domba.
  17. Tekad yang bulat, tawakkal dan yakin. ( Q.S Athalaq : 3 )
  18. Sederhana dalam segala hal.
  19. Bertahan dalam kebenaran dengan teguh dan pantang mundur.
  20. Menjauhi sikap pesimistis dan over estimasi


III. Tabiat Gerakan dan Medannya.
Seorang pemimpin harus memperhatikan hal – hal berikut :

  1. Harus beriltizam ( taat ) dengan tujuan berdirinya jama’ah.
  2. Memelihara keuniversalan tujuan dan medan gerakan dengan seluruh konsekuensinya.
  3. Menjaga tabiat tahapan da’wah. ( Tajarrud = berangsur – angsur, ta’rif = pengenalan, takwin = pembentukan dan tanfidz = pelaksanaan. )
  4. Kewajiban memberikan perhatian serius terhadap tarbiyah di setiap peringkat.
  5. Memperhatikan seluruh aktivitas politik.
  6. Harus mengawasi sikap jama’ah dan jama’ah – jama’ah lainnya.
  7. Tahap perjuangan kita yang akan datang lebih ditekankan kepada bentuk jihad dan menegakkan hukum ALLAH di seluruh aspek kehidupan.
  8. Mempersiapkan seluruh masyarakat untuk menjadi asas kuat bagi tegaknya hukum dan pemerintahan Islam yang mantap dan utuh.
  9. Wanita muslimah dapat memainkan peranan penting dalam amal Islami.
  10. Memperhatikan generasi muda dengan mendidik kepribadian Islamnya.
  11. Harus berusaha sungguh – sungguh mewariskan da’wah ini kepada generasi mendatang dengan segala kemurnian, keaslian, keuniversalan dan pengalamannya.
  12. Da’wah ini meliputi berbagai negara, bangsa dan warna kulit.
  13. Dana adalah urat nadi amal Islami.
  14. Memanfaatkan dengan sebaik – baiknya pengalaman dalam gerakan dan realitas keragaman aktivitas Islami.


IV. Beberapa Petunjuk Dalam Bergerak.

Petunjuk untuk seorang pemimpin agar dapat menjalankan roda da’wah ke arah yang lebih baik :

  1. Memberikan perhatian yang menyeluruh terhadap tugas dan tanggung jawab.
  2. Memiliki kepercayaan kuat terhadap tugasnya.
  3. Setiap penanggung jawab harus menyusun program kerja lengkap.
  4. Tepat dalam memilih petugas yang dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
  5. Pemimpin dituntut mengatur waktu dan urusannya seefektif mungkin.
  6. Selalu sadar dan tanggap demi terjaminnya perjalanan da’wah.
  7. Memiliki kecekatan dan kekuatan tekad.
  8. Menumpukkan perhatiannya kepada usaha yang sangat diperlukan, tidak perlu banyak diskusi.
  9. Menghindari memberikan satu pendapat dalam masalah khilafiyah.
  10. Berkewajiban menjauhkan jama’ah dari terjerumus ke dalam permusuhan golongan.
  11. Berda’wah adalah ibadah kepada ALLAH.
  12. Harus percaya atas ketinggian moral anggotanya yang bertugas.
  13. Tidak boleh membatasi aktivitasnya semata – mata untuk masa sekarang.
  14. Ia harus benar – benar meningkatkan dan mengembangkan cara kerja, sarana serta mutu.
  15. Bertanggung jawab dalam menilai dan mengevaluasi amal dan hasil setiap saat.
  16. Tidak boleh membanggakan dan menyanjung kemampuan, tenaga dan kelaikannya yang menyebabkan seseorang terjerumus.
  17. Tidak wajar mengkonsentrasikan segenap kegiatannya dalam urusan administrasi semata dengan menyampingkan segi aktivitas dan mentalitas yang menjadi dasar perjuangan.
  18. Harus memiliki berbagai kelaikan untuk memudahkan perputaran roda kepepimpinan dan amal usaha ketika terjadi suasana kritis.
  19. Ukuran keutuhan dan kekompakkan kepemimpinan adalah kekuatan jama’ah dan kepercayaan anggota terhadap kepemimpinannya.
  20. Menjauhkan konflik dengan orang lain selama masih dapat dihindari.
  21. Semangat pemuda harus dipelihara dan diarahkan serta selalu dikontrol.
  22. Melindungi jama’ah dari munculnya berbagai aliran pemikiran yang bertentangan dengan khiththah ( ketentuan ) jama’ah.
  23. Tidak dibenarkan membiarkan terbentuknya kelompok tertentu yang berdasarkan suku, kedaerahan dan semacamnya.
  24. Menyelesaikannya dengan tenang dan tuntas serta penuh kebijaksanaan dalam permasalahan.
  25. Jika terdapat seorang yang lebih mampu dan baik, kepepimpinan dapat diserahkan kepada orang lain.


V. Beberapa Petunjuk Pergaulan Antara Pemimpin Dan Anggota :

  1. Pemimpin harus pandai memilih orang yang laik dalam memegang jabatan.
  2. Tidak boleh bersikap pesimitis dan buruk sangka.
  3. Pemimpin dapat bergaul rapat dengan anggotanya.
  4. Memperbaiki pembagian tugas dan menentukan spesialisasi supaya tidak tumpang tindih.
  5. Menentukan, mengatur dan memudahkan jalur komunikasi di setiap peringkat.
  6. Berusaha sungguh – sunguh meningkatkan posisi kepemimpinan dan melatih anggota sesuai dengan bidang masing – masing.
  7. Penting memberikan kebebasan kepada anggota untuk memilih sarana dan cara yang paling baik yang dapat membantu pelaksanaan tugasnya.
  8. Selalu membangkitkan semangat kerja sama yang penuh kejujuran dengan anggota.
  9. Harus membiasakan diri bermusyawarah dengan para anggotanya.
  10. Menentukan keputusan dan perintah yang hendak dilaksanakan.
  11. Diadakannya pertemuan rutin dengan sesama pengurus untuk menyelaraskan gerakan.
  12. Memperhatikan setiap rangkaian dan mata rantai dalam komunikasi, tidak overlapping.
  13. Perlu dikaji situasi yang menyebabkan anggota yang melakukan kesalahan tersebut.
  14. Mewaspadai dalam menjalankan tindakan pemecatan dan pembekuan keanggotaan karena kesalahan yang dilakukan.
  15. Memperhatikan setiap anggota yang diberikan amanah dan cepat menegurnya jika melakukan kesalahan.
  16. Perlu mendorong dan meningkatkan semangat anggota yang menjalankan amanahnya.
  17. Semua anggota bekerja semata – mata karena ALLAH .
  18. Memiliki pengetahuan lengkap tentang perjalanan gerakan, pelaksanaan dan aktivitas yang dilakukan para pelaksana.
  19. Meminta pandangan dan saran anggota tertentu yang berguna kelancaran strategi da’wah.
  20. Anggota tidak boleh diberi amanah kecuali ia telah menguasai bidang tersebut.
  21. Orang yang terlalu bersemangat sebenarnya sangat berbahaya jika diberikan amanah yang strategis.
  22. Meningkatkan moral anggotanya jika mengalami peristiwa ketidakberuntungan. ( Q.S 3 : 139 – 141 )
  23. Memperhatikan kelurusan, keaslian dan kemantapan jalan da’wah serta menjauhi bentuk penyimpangan.
  24. Memadukan antara generasi pertama dan generasi penerus dalam setiap kegiatan.
  25. Mewaspadai terhadap usaha musuh yang berpura – pura bergabung sebagai batu loncatan untuk tujuan mereka.
  26. Memelihara tabiat gerakan da’wah dengan seluruh potensi yang ada.
  27. Waspada dan berhati – hati dalam mengeluarkan keputusan yang menyangkut darah seorang muslim, kecuali setelah di cek dengan teliti.


B. KEANGGOTAAN DAN TUNTUTANNYA.

I. Beberapa Persyaratan Pokok Seorang Aktivis :

  1. Memahami benar arti komitmennya kepada Islam.
  2. Mengenal karakter tahapan da’wah yang sedang dijalaninya beserta konsekuensinya.
  3. Meyakini bahwa kembali kepada kitabullah dan sunnah rasul SAW secara benar dan serius adalah satu – satunya jalan untuk menyelamatkan ummat Islam dari segala krisis.
  4. Yakin akan kewajiban bergerak membangunkan iman di dalam jiwa manusia.
  5. Harus mengetahui sejelas – jelasnya bahwa amal usaha menegakkan Daulah Islamiyyah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah.
  6. Mengetahui bahwa kewajiban ini tidak mungkin terlaksana dan tercapai hanya dengan usaha perseorangan.
  7. Amal jama’i dipandang sebagai persoalan yang wajib ditunaikan sebelum melangkah membangun kembali Daulah Islamiyyah.
  8. Harus menyadari perlunya memilih jama’ah yang akan dimasukinya.
  9. Harus meneliti sifat – sifat asasi jama’ah tersebut.
  10. Harus mengetahui bahwa dasar Islam adalah kesatuan kata dan shaff. ( Q.S 3 : 103, 8 : 46 )
  11. Dalam memilih harus dengan kesadaran sendiri, tidak karena desakan, paksaan, berpura – pura tenggang rasa dan kepentingan lain.
  12. Amal jama’i memiliki syarat dan keiltizaman yang harus diketahui.
  13. Dasar ber-Amal jama’i semata – mata karena ALLAH. ( Q.S Al Fath : 10 )
  14. Setiap anggota jama’ah harus menyadari akan kebaikan yang tak ternilai dengan bergabungnya di dalam jama’ah yang memperjuangkan Islam secara benar.
  15. Harus mengetahui bahwa persoalan terpenting di jalan da’wah ialah kesadaran terhadap pengawasan ALLAH SWT.


II. Beberapa Keharusan Dan Perilaku Anggota Yang Harus Ditegakkan :


  1. Menjadi seorang mu’min yang teguh dan yakin terhadap amal jama’i dengan segala tuntutannya. ( Q.S Al Hajj : 77 – 78, Al Mu’minun : 115 – 116 )
  2. Harus mengetahui secara mendalam segala ketentuan jama’ah.
  3. Harus melengkapi diri dengan berbagai bidang kemampuan dan kelaikan agar menjadi tenaga yang efektif, kuat dan baik.
  4. Menyerahkan hidupnya untuk berjuang karena ALLAH dan menegakkan kekuasaan agama ALLAH semata.
  5. Keiltizamnya dengan arahan.
  6. Beriltizam dengan pemahaman Islam yang benar dan menyeluruh yang menjadi landasan jama’ah.
  7. Beriltizam dengan cara gerakan dan seluruh langkahnya sebagai mana yang telah ditentukan jama’ah untuk mewujudkan tujuannya yang agung.
  8. Menjadi pelindung terpercaya terhadap tujuan jama’ah.
  9. Harus berani menempatkan dirinya di barisan jihad fiisabilillah. ( Q.S 9 : 111, Al Ankabut : 6 )
  10. Harus mengetahui martabat jihad.
  11. Berkewajiban melatih diri agar mudah berkorban di jalan ALLAH. ( Q.S 9 : 120 – 121 )
  12. Harus menyadari bahwa sesungguhnya dia ibarat berkedudukan di suatu daerah pertahanan yang strategis. ( Q.S Al Ahzab : 23 – 24 )
  13. Ujian ( mihnah ) adalah sunnahtulloh dalam da’wah.
  14. Pembela aqidah dan prajurit da’wah harus mengikhlaskan ketaatan dan kesetiaannya ( wala’ kepada da’wah Islamiyyah dan melepaskan diri dari yang lain. ( Q.S Almumtahanah : 4 )
  15. Berkewajiban menanam dan mempersubur benih cinta – mencintai persaudaraan sesama anggota. ( Q.S 9 : 71, 16 : 53 )
  16. Membiasakan diri melaksanakan setiap perintah pimpinan jama’ah.
  17. Memberikan kepercayaan penuh kepada pimpinan jama’ah.
  18. Setiap anggota harus memiliki “ indera da’wah. ”
  19. Memperhatikan pembentukan pribadi muslim yang spesifik dan mencintai kebenaran.
  20. Menjauhi cara – cara partai politik yang jahat, kedaerahan, elitis dan yang bertentangan dengan adab Islam.
  21. Anggota ibarat pengawal di sebuah benteng pertahanan.
  22. Menjauhi segala tindakan yang mempersukar barisan di dalam amal Islami.
  23. Wajib beriltizam dengan sikap adil dan sederhana, tidak keterlaluan dan tidak meremehkan.
  24. Mempergiat makanisme saling nasihat – menasihati kepada kebenaran.
  25. Perbaiki diri dan seru orang lain untuk berbuat baik.
  26. Harus bersungguh – sunguh memperbaiki hubungan dan komunikasi dengan sesama aktivis.
  27. Wajib menjaga waktunya dengan serius, berdisiplin, seluruh urusannya rapi, berguna untuk manusia, mampu berusaha, mujahid untuk dirinya, waspada terhadap godaan duniawi.
  28. Harus memikirkan persoalan rumah tangga dan keluarganya.
  29. Selalu menumbuhkan harapan di dalam hati keluarga dan saudara – saudaranya bahwa masa depan adalah untuk Islam.
  30. Tidak boleh merasa pesimis dan putus asa ketika menderita kekalahan di medan jihad dalam menentang musuh. ( Q.S 3 : 139 – 142 dan 146 )
  31. Harus menghiasi dirinya dengan seluruh akhlaq Islam dan menjauhi segala budi pekerti buruk dan sifat – sifat yang dilarang Islam.


Panduan Imam Hasan Al Banna untuk para pemuda :
“ Wahai pemuda ! Fikroh ini akan menang jika kita memiliki iman kuat, tulus dan ikhlas kepadanya, punya semangat yang berkobar – kobar, kesiapan berkorban dan beramal untuk mewujudkannya. Empat rukun ini : Iman, Ikhlas, semangat dan amal, merupakan ciri khas pemuda. Sesungguhnya dasar iman adalah hati yang hidup, asas ikhlas ialah hati yang suci murni, landasan semangat yaitu perasaan yang kuat dan amal adalah tekad yang selalu segar “.

ALLAH Berfirman : “ Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda – pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk. “ Q.S Al Kahfi : 13.