Selasa, 12 Februari 2013

Wajah-Wajah Mereka


Pernahkah anda menatap wajah orang-orang terdekat dengan anda ketika ia sedang tidur? Kalau belum, cobalah sekali saja menatap wajah-wajah ketenangan mereka ketika sedang tidur. Ketika itu yang kelihatan adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. 

Perhatikanlah ayah anda ketika beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu sangat gagah itu kini semakin tua dan lemah, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang setiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inilah rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar. 

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm...kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini kasar kerana tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus keperluan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah artikan. 

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu : Ayah, Ibu, Suami, Isteri, Kakak, Abang, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya. Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. 

Rasakanlah energi cinta yang mengalir perlahan-lahan ketika menatap wajah yang terlelap itu. Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutup oleh kesalah-fahaman kecil yang entah kenapa selau saja nampak besar. Secara ajaib Allah mengatur agar pengorbanan itu dapat kelihatan lagi melalui wajah-wajah jujur mereka ketika sedang tidur. 

Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata : "betapa lelahnya aku hari ini". 

Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tidak lain adalah kita. Suami yang bekerja keras mencari nafkah, isteri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, abang, adik, anak, dan sahabat yang telah melalui hari-hari suka dan duka bersama kita. Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. 

Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika terganggu jika mengingat itu semua. Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika keesokan hari mereka; orang-orang yang dikasihi itu tidak lagi membuka matanya, selama-lamanya. ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar